Jangan duduk di tepi jurang, katamu
Sayup kulihat jeram ngeri di bawah sana
Tapi hidup ini sendiri risiko, bukan?
Hidup kita hanya dijamin sebentar
Selebihnya terpulang pada masa
Jangan duduk di tepi jurang, katamu
Tapi ini sesekali ada juga semilir,
kedamaian serba pemandangan sekitar
Semata karena kamu di sebelahku?
Kau tersenyum: baik kita padami
resah ini
— pandemi serupa angin busuk
yang menyebar tanpa bau dan warna
ia hukuman sekaligus anugerah
ia kegelapan sekaligus pencerahan
ia ilmu pengetahuan sekaligus agama
ia manasuka yang kita pilih
meski konspirasinya amat licin
Manusia gelap dan manusia terang
Sama tersiksa sama terperangah
Negara buruk dan negara rapi
Sama terbangun dari kesendiriannya:
national interest!
Saatnya melepas ideologi, lembaga
resmi dan televisi, ujarmu
Hari ini, sama seperti Rabu lalu
Orang-orang masih menunggu
Waiting for Godot? Siapa yang tahu…
Kau baca Baudrillard, Foucault, Bourdieu
Harapan tentang sosiologi baru
Ujung sebelah sini: nihilisme
Ujung sebelah sana: duit-isme
Di tengahnya fanatisme dan
pembiusan massal
Hari ini aku belum minum jamu
Hari ini aku lihat matematika kehidupan
dikalahkan eksponensial kematian
Hari ini yang tumbang dan yang berdiri
sama dikalahkan oleh penjarakan
dan pemenjaraan
Kaukah itu yang mengintip dari jeruji
apartemen di Itali?
Hari ini aku stok beras, gula, minyak
goreng… tapi aku lupa membuat stok
kesetiakawanan dan empati
Hari ini aku posting caci-maki, informasi
dan humor cerdas… tapi aku lupa membuat
postingan pengakuan dosa
Hari ini adalah kemarin yang kita kelirukan
Hari ini adalah keliru yang kita kemarinkan
Kau kejam, kataku
Meski aku tahu bahwa akulah yang kejam
padamu
Semoga kau tak marah atau berduka
Kau tersenyum geli, karena kau tahu
bahwa aku hanya sedang lelah
Dan aku mencari musuh untuk pelampiasan
Tidurlah, katamu
padahal hari masih sore, malam belum larut
Tidurlah, katamu
Seperti sekian puluh tahun silam
ketika aku mengadu dan kau
mengusap saja kepalaku
Depok 18 Maret 2020