Hedonisme dan Runtuhnya Pendidikan Kita

55 views

Didorong oleh kemajuan teknologi global, hedonisme kian masif dalam kehidupan sehari-hari masyarakat kita hingga merambah dunia pendidikan. Diperlukan ikhtiar semua pihak untuk mengembalikan esensi pendidikan nasional sesuai cita-cita luhur para pendiri bangsa.

Idealnya, pendidikan menjadi ruang untuk membangun karakter dan menanamkan kebiasaan mindset (habit of mind), serta mengasah kemampuan berpikir peserta didik. Namun, seiring perkembangan teknologi di era globalisasi sekarang, ruang-ruang tersebut telah bergeser, dan hampir menghilangkan esensi Pendidikan.

Advertisements

Dunia pendidikan sekarang semakin bengis jika di analisis lebih dalam, karena munculnya faktor-faktor yang sedang ramai di bicarakan, yaitu hedonisme pendidikan. Fenomena ini menjadi cerminan bagaimana budaya konsumtif telah menyusup ke lingkungan yang seharusnya menjadi pusat pembelajaran.

Budaya ini, perlahan demi perlahan mulai menggrogoti lapisan pendidikan. Mulai dari siswa di tingkat sekolah dasar hingga mahasiswa di perguruan tinggi, yang seharusnya fokus untuk meningkatkan daya berpikir, kini lebih terpikat pada gemerlapnya gaya hidup hedonis dan pencarian kesenangan instan.

Hedonisme dalam Pendidikan

Zygmund Bauman, salah satu ahli sosiologi menjelaskan, bahwa hedonisme itu merupakan salah satu hasil dari masyarakat konsumeris. Dalam masyarakat hedon, konsumsi dan pencapian secara instan lebih dihargai dari pada nilai-nilai moral dan akademis.

Fenomena masyarakat hedon tersebut menyebabkan pendidikan hanya menjadi ladang komoditas. Kaum pelajar dipandang sekadar menjadi “konsumen” yang hanya mengejar produk pendidikan untuk mencapai status ekonomi-sosial yang lebih terjamin.

Secara sederhana, hedonisme adalah pandangan hidup yang menjadikan kesenangan dan kepuasan pribadi sebagai tujuan utama. Mirisnya, lebih dari pada itu, nantinya kaum pelajar akan memamerkan segala hal yang mereka punya melalui sosial media (flexing). Di lingkungan pendidikan, hedonisme kerap kali terlihat dalam bentuk gaya hidup konsumtif, seperti penggunaan barang mewah, kendaraan mewah, yang berfokus pada pencitraan sosial.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan