HIDUP DALAM KEMATIAN
Aku telah mati,
pada jalan-jalan pelik tanpa ujung
kerontang tanpa kasih sayang
serta dahaga tanpa pertobatan
Aku telah mati,
pada kisah pengembara gila
yang berdombakan kesakitan
Aku telah mati,
pada muasal mengapa
aku temukan hidup
Sedayu, 2021
DIKAU
Kau tidak ada
Ruang tamu semakin gelap
Obrolan para ikan mengheningkan akuarium
Kucari kau dalam gelembung-gelembung kecil,
tapi masih tidak ada
Nampaknya kau terlalu malu,
atau memang tak tahu malu?
Sepertinya kau sembunyi di balik perut ikan
Kujelajahi sampai berlumuran tahi
Kau masih tidak ada
Astaga,
Bukankah kau telah ada dalam aku?
Bantul, 2021
IMAJINASI
Sudikah kau terima gunung ini?
Yang gunduknya tercipta saat senja
Kusemai beberapa sungai tuk hamparan padi di hilir
Mengalir sebening kasih yang tak sempat kau lontar
Gemercik, berisik, dingin sekali
Menghangatkan dada hausku
Belok ke timur,
kau dapati bunga-bunga Stevia
Rumpun bak rindu-rindu
Petiklah beberapa,
Ikatlah kerinduanku dengan segenap rindu
Sematkan pada bising waktu,
jangan biarkan layu
Kaki-kakiku telah kaku
Maka terimalah gunung ini
Sesekali kau bisa berpotret ria
Dengan lengkung yang sangat manis
Berlatarkan kabut yang kian lihai menciumimu
Yogyakarta, 2021
MASA KECIL
Telah kusiulkan nama-nama luka
yang kau titip pada sinar purnama
Sambil bertengger pada pucuk pohon cemara,
Mirip burung kutilang yang kau dendang tanpa nada
Aku ingin pulang
Bersiul pada pucuk pohon cemara telah genap,
Kini matahari tenggelam, dan hari mulai malam
Akan kudekap suara burung hantu,
seperti kala itu
Yogyakarta, 2021.
Ilustrasi: lukisan ida bagus indra, askART.