Carilah Ilmu Walaupun Sampai ke Negeri China. Itulah perintah yang diwajibkan oleh Kanjeng Nabi dalam dawuhnya ketika memberikan motivasi mencari ilmu. Pesan tersirat dari maqolah tersebut adalah kita sebagai umat Islam tetap belajar tanpa mengenal batas geografis maupun demografis. Apa sebab? Ilmu bisa dicari di mana pun dengan modal semangat dan keyakinan tinggi hanya semata-mata mencari ridho Allah swt serta menghilangkan kebodohan.
Perintah mencari ilmu di atas menjadi inspirasi bagi Inamul Hasan, santri Pondok Pesantren Nurul Ummah, Pacet, Mojokerto, Jawa Timur dalam mencari ilmu ke negara Rusia. Inamul berusaha sekuat tenga dengan belajar bahasa Inggris dengan nyantri di pesantren sambil fokus belajar ilmu agama serta ngabdi kepada guru dan kiai. Di sela-sela waktu kosongnya, Inamul konsentrasi pada belajar bahasa mulai persiapan TOEFL, IELT, dan mematangkan bahasa Rusia sebagai bahasa yang akan dijalaninya saat di negara yang dijuluki negeri tirai besi itu.
Dari hasil kerja kerasnya, saat ini Inamul Hasan mendapatkan beasiswa yang diseleksi oleh Pusat Kebudayaan Rusia di Indonesia, sebuah lembaga di bawah Kedutaan Besar Rusia di bidang pendidikan dan budaya. Tak tanggung-tanggung, Inamul menerima beasiswa di jurusan arsitektur di kampus Southern Federal University, Rostov on Don, Rusia
Salah satu motivasi yang menjadi cambuk dirinya adalah ingin menjadi seorang santri berwawasan mendunia dengan menguasai dengan baik kitab kuning maupun ilmu agama. Sehingga, dengan bekal ilmu tersebut diharapkan akan selamat dan tidak terjerumus ke jalan mungkar dan kenistaan saat berada di negara yang minoritas muslim.
“Semoga, ke depannya para santri tidak hanya belajar ilmu agama saja, tetapi harus ada santri yang eksis belajar di negara Eropa dan berdiri tegak meneriakkan bahwa santri tidak kolot, santri tidak kumuh, santri tidak terbelakang. Kita harus sounding bahwa santri itu keren, mondok itu gaul, dan nyantri di pesantren adalah kebanggan,” tegasnya saat telekonferens belum lama ini.
Tak hanya itu, Inamul mempunyai prinsip hidup yang sangat mendalam, bahwa belajar dan cerdas adalah proses yang tidak kunjung behenti. Cerdas bukan hasil tapi proses panjang bahkan harga yang harus dibayar untuk menjadi santri cerdas sangat mahal. “Jika Anda tidak siap dengan harga itu, maka risiko ditanggung sendiri,” kata laki laki yang hobi membaca ini.
“Saya berharap, dengan masuknya saya di kampus minoritas Islam, menjadi spirit santri Nusantara untuk percaya diri dalam mencari ilmu di luar negeri,” kata pria kelahiran Kediri ini.