Inkubasi Bisnis dan Kemandirian Pesantren

288 kali dibaca

Pada Minggu (26/05/2024) lalu saya berkunjung untuk melihat-lihat perkembangan inkubasi bisnis dua pondok pesantren, yaitu Pondok Pesantren Darul Abror Purwokerto Utara dan Pondok Pesantren Nurul Iman Banyumas. Kedua pesantren di Jawa Tengah ini sedang mengembangkan bisnis rintisan di bidang industri kreatif.

Sebelumnya, pada medio 2023 lalu, beberapa pondok pesantren di Jawa Tengah memperoleh bantuan melalui program kemandirian pesantren dari Kementerian Agama (Kemenag). Bantuan inkubasi bisnis pesantren ini merupakan implementasi dari program kemandirian pesantren yang digulirkan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas sejak 2021. Sasaran dari program ini adalah pondok pesantren yang memiliki jenis usaha seperti toko, warung, minimarket, koperasi, perindustrian, perdagangan, garmen, jasa, hingga percetakan.

Advertisements

Pondok Pesantren Darul Abror Purwokerto Utara dan Pondok Pesantren Nurul Iman termasuk yang memenuhi syarat untuk memperoleh bantuan program ini. Misalnya, Pondok Pesantren Darur Abror telah memiliki Studio DA yang bergerak di bidang jasa fotografi. Sementara, Pondok Pesantren Nurul Iman memiliki NIMedia yang bergerak di bidang yang sama, plus videografi, live streaming, dan desain.

Pengembangan Usaha

Keduanya merupakan badan usaha yang sebelumnya sudah dirintis dan mengajukan program ini untuk mengembangkannya. Studio DA yang sudah dirintis sebelumnya, mengembangkan usaha melalui momen wisuda beberapa kampus di Purwokerto.

Namun, alat yang digunakan masih menyewa dan untuk cetak masih menggunakan jasa dari luar. Sementara, NIMedia sudah merambah dunia kreatif dengan alat seadanya dan tak jarang terkendala karenanya. Karena itu, kedua pengelola usaha rintisan tersebut mencoba peruntungan dengan mengikuti program kemandirian pesantren dari Kemenag ini.

Hasilnya, kini mereka sudah memiliki alat yang memadai untuk menunjang jasa yang mereka tawarkan dan menambah kepercayaan diri untuk menggaet konsumen. Kini, NIMedia berani membidik target pasar seluruh lapisan masyarakat. Pemasarannya pun dilakukan baik secara offline maupun online.

“Kami tidak gentar untuk mendaftarkan usaha ini, sebab program ini sangat menguntungkan bagi usaha pesantren. Dan memang tujuan dari pemerintah ini untuk mengembangkan usaha di pesantren,” tutur Ozi, pengelola NIMedia.

Sama dengan NIMedia, DA Studio kini sudah merambah pasar masyarakat umum yang mulanya hanya menargetkan pada mahasiswa saja. Namun, mereka juga menghadapi tantangan dan persaingan yang sengit di pasar terbuka.

“Kami masih mengalami kendala keterbatasan SDM. Jadi tidak selalu tiap event kami bisa berangkat. Kayak di UIN Saizu wisuda periode ini (Mei), tidak berangkat karena kami sibuk masing-masing,” tutur Astrid, salah satu pengelola DA Studio.

Karena itu, DA Studio masih mencari SDM lain dan go with the flow dulu, yang penting jalan dulu. Sebab, saat ini pengelolaan juga masih belum terorganisasi dengan baik dan masih dipegang perorangan.

Hal ini berbeda dengan NIMedia, yang sistem manajemennya yang sudah cukup tertata dan lebih siap bekerja sama dan untuk menggaet elemen-elemen besar yang membutuhkan jasa yang ditawarkan. “Usaha ini profesional, tidak lagi melibatkan pesantren,” ucap Ozi.

Dalam perkembangannya, NIMedia sudah bisa memberi tambahan pemasukan bagi pesantren walaupun nominalnya belum begitu besar. Sedangkan, di DA Studio pesantren baru bisa merasakan fungsi dari gear yang mereka miliki sehingga tidak perlu mengeluarkan dana untuk penyewaan alat ketika kegiatan. Sebab dana yang terkumpul dari DA studio masih belum disalurkan untuk antisipasi kebutuhan darurat studio dan perawatan alat.

Meskipun mengalami perkembangan yang berbeda, berkat program kemandirian pesantren ini, mereka menjadi memiliki alat dan toko sendiri. NIMedia sudah memiliki toko di pinggir jalan yang dinilai cukup strategis. Meskipun dengan kondisi lahan yang kurang menguntungkan menghadap jalan tidak menjadi masalah baginya. Adanya neon box yang dipasang di pinggir jalan menjadi penanda lokasi NIMedia. Lokasi yang menghadap halaman pesantren juga lebih lega dan memungkinkan pelanggan parkir dengan leluasa.

Tak jauh berbeda, DA Studio juga sudah memiliki alat yang memadai dan studio yang terletak di samping masjid Darur Abror. Hanya, lokasinya yang berada di dalam kompleks pesantren tidak terlihat dari akses masyarakat umum. Sehingga untuk mencapai lokasi tersebut harus melewati pemandangan kompleks pondok dengan segala lika likunya terlebih dahulu serta tempat parkirnya jauh serta kurang leluasa.

Meskipun begitu, berdirinya toko dan studio itu sudah dinilai paling baik oleh pihak pesantren.
Pengadaan program ini sudah sejalan dengan visi misi yang disampaikan oleh pemerintah, yakni pesantren dapat mandiri secara ekonomi. Dari visitasi Kemenag setempat juga dinilai bahwa usaha yang mereka jalankan sudah bagus.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan