James Joyce dan Kesastraan Kita

48 views

Kita seringkali terlambat mengenali dan mengapresiasi karya-karya sastra dunia, padahal darinya kita bisa belajar banyak. Salah satunya sebab proses pengalihbahasaan yang juga terbilang sangat terlambat, dan memang tidak mudah untuk memperoleh dan menikmati karya-karya sastra dunia dalam bahasa aslinya.

Karya-karya James Joyce termasuk yang sangat terlambat dipublikasikan dalam bahasa Indonesia. Padahal, James Joyce tergolong salah satu penulis paling berpengaruh dari awal abad ke-20. Di antara karyanya yang sangat terkenal adalah kumpulan cerita pendek Dubliners (1914), novel semi otobiografi A Portrait of the Artist as a Young Man (1916), novel eksperimental Ulysses (1922), dan Finnegans Wake (1939).

Advertisements

Ia lahir di Dublin, Irlandia pada 2 Februari 1882 dan meninggal di Zurich pada 1941. Joyce tumbuh di tengah perubahan era Victoria menuju zaman modern. Era itu ditandai oleh perkembangan luar biasa dalam bidang teknologi, ilmu pengetahuan, urbanisasi, industrialisasi, konsumerisme, dan peperangan. Itulah yang nanti banyak mewarnai karya-karyanya dengan banyak eksperimen sehingga melahirkan bentuk-bentuk sastra yang inovatif memasuki dunia modern.

Karyanya yang disebut-sebut paling monumental dan eksperimental adalah Ulysses. Novel ini sebenarnya hanya mengisahkan dua tokoh yang terjadi hanya dalam satu hari, ditulis hingga 700 halaman dalam bahasa Inggris dengan ukuran huruf yang sangat kecil. Jika diterbitkan dalam bahasa Indonesia, diperkirakan mencapai lebih dari 1000 halaman. Disebut sebagai karya yang monumental dan eksperimental karena novel ini mampu menggambarkan alam kesadaran dan pikiran tokoh-tokohnya dengan pilihan-pilihan bahasa yang berbeda dan teknik penceritaan yang mendistorsi waktu. Para kritikus menilai Ulysses sebagai salah satu karya sastra terbaik abad ke-20. Novel lanjutannya, Finnegans Wake, dinilai melebihi Ulysses dengan tambahan sebutan kontroversial

Orang-orang Dublin

Pada dekade 2000-an, sebenarnya dua karya James Joyce pernah diterbitkan dalam edisi Indonesia, yatu A Portrait of the Artist as a Young Man dan Dubliners yang diterbitkan Jalasutra dan Jendela. Namun keduanya sudah sulit untuk didapatkan. Sastrawan Wawan Eko Yulianto konon sudah beberapa tahun berkutat untuk menejermahkan Ulysses, namun hingga kini novel ini belum dipublikasikan dalam bahasa Indonesia.

Yang baru tersaji dalam bahasa Indonesia adalah Dubliners. Pada akhir 2023 lalu, penerbit Gramedia Pustaka Utama menerbitkan kumpulan cerita pendek ini dengan judul Orang-orang Dublin. Memuat 15 cerpen, Dubliners merupakan karya pertama James Joyce yang diterbitkan. Tidak tanggung-tanggung, Joyce harus menunggu selama 8 tahun karyanya diterbitkan sejak diserahkan ke penerbit.

Berbeda dengan karya-karya setelahnya, Dubliners ditulis dengan gaya yang sederhana, naturalis-realis. Namun jangan salah, meskipun yang diangkat adalah kejadian sehari-hari, mungkin hal remeh temeh, latar belakang pada setiap cerita menggambarkan dunia yang lebih luas, menggambarkan alam kesadaran dan pikiran orang-orang Dublin di masanya. Yang menarik, kumpulan cerpen ini diawali dengan peristiwa kematian seseorang (Saudara-saudara Perempuan), dan diakhiri dengan cerita seseorang mengenang kematian seseorang (Yang Telah Mati).

Pada Saudara-saudara Perempuan, misalnya, Joyce menceritakan sosok James Flynn yang pada hari itu meninggal dunia dari kaca mata seorang bocah yang mengenalnya secara dekat, lalu ditindih dengan kisah bagaimana saudara-saudara perempuannya menyambut kematian sang pastor. Lalu pada cerpen terakhir, Yang Telah Mati, Joyce justru menceritakan sosok yang telah lama mati di tengah suasa pesta melalui Garetta, perempuan yang pernah begitu dicintai tokoh yang telah lama tak ada. Saat itu, di ujung pesta bersama suaminya, Garetta mendengarkan sebuah lagu. Lalu yang menautkan keduanya. Dan cerita pun bergerak mundur.

Secara keseluruhan, lima belas cerpen dalam Dubliners ini menyajikan cerita-cerita tentang kejadian sehari-hari yang dialami orang-orang Dublin tanpa pretensi dengan ending terbuka atau tertutup atau bahkan plot twist agar penuh kejutan atau suspensi. Cerita-cerita itu dibiarkan mengalir begitu saja, berakhir begitu saja, nyaris seperti adanya. Namun, meski (sekilas) terlihat sederhana, konstruksi ceritanya telah menggambarkan semua. Itulah, mungkin, kenapa ending dari semua ceritanya nyaris tanpa pretensi.

Apakah hanya Dublin yang punya cerita? Jika kita belajar dari James Joyce, Indonesia tentu lebih kaya akan cerita sehari-hari yang sangat menarik untuk “dicerpenkan”. Tengoklah pesantren, betapa kaya dan beragamnya cerita-cerita di dalamnya yang tak kalah menarik untuk “dicerpenkan”.  Setidaknya, itulah pelajaran yang bisa kita petik setelah membaca Dubliners, “mencerpenkan” kejadian sehari-hari tanpa pretensi, termasuk dan terutama dari dalam pesantren.

Data Buku

Judul               : Dubliners (Orang-orang Dublin)
Penulis             : James Joyce
Alih Bahasa     : Zaky Yamani & Ariyanti Eddy Tarman
Ketebalan        : 250 Halaman
Penerbit           : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit    : 2023
ISBN               : 9786020672854
ISBN Digital   : 9786020672861

Multi-Page

Tinggalkan Balasan