Minggu (10/11/2024) kemarin, duniasantri.co mengunggah tiga tulisan baru. Ternyata, salah satunya diduga dan hampir bisa dipastikan merupakan hasil plagiarisme. Dengan ini, kami, duniasantri.co, bermohon agar tak ada lagi plagiarisme. Itu musuh utama kita dalam berliterasi.
Tulisan yang hampir bisa dipastikan merupakan hasil plagiarisme tersebut berjudul “Relevansi Tafsir Klasik dalam Konteks Kontemporer”. Tulisan itu kami rilis pada pukul 17.37 WIB.
Namun, pada pukul 20.47, kami memperoleh pesan singkat dari salah seorang kontributor duniasantri yang menyertakan tangkapan layar aplikasi pelacakan berbasis Artificial Intelligence (AI). Dalam tangkapan layar yang dikirim santriwati yang sedang mengambil program studi tafsir Al-Qur’an tersebut, disimpulkan bahwa tulisan tersebut seratus persen hasil kerja AI, bukan kreativitas manusia. Jika seratus persen merupakan hasil kerja AI, itu identik dengan plagiarisme.
Sesaat kemudian, kami melakukan pelacakan sendiri melalui aplikasi yang berbeda. Hasilnya idem ditto, sawi mawon. Setelah ada second opinion, kami mencoba menghubungi penulisnya sesuai dengan nama yang tertera pada akun yang melakukan submit. Sampai dini hari, pesan singkat kami hanya “terbaca”, tapi tidak direspons.
Yang menarik, ketika pagi ini kami melakukan pemeriksaan ulang terhadap tulisan tersebut, nama penulisnya telah berubah, dari IW berubah menjadi BS. Penasaran, kami melakukan pemeriksaan terhadap aku IW dan BS. Ternyata, alamat email dan nomor telepon selular kedua akun tersebut sama persis. Satu orang yang sama punya dua akun yang sama-sama aktif.
Jangan Ada Lagi
Seperti yang pernah terjadi sebelumnya, maka hari ini kami akan membekukan (deactive) kedua akun tersebut dan men-take down seluruh tulisannya yang pernah kami dirilis. Saat tulisan ini dirilis, artikel berjudul “Relevansi Tafsir Klasik dalam Konteks Kontemporer” tersebut sengaja kami biarkan dulu agar publik juga turut melakukan pemeriksaan sementara waktu. Setelah tak ada respons, hari ini juga artikel tersebut akan kami take down.
Seperti kita tahu, plagiarisme seperti ini bukan kasus yang pertama di duniasantri.co. Dua tahun lalu hal yang sama pernah terjadi dengan derajat yang berbeda-beda. Ada sekitar 7 akun yang ketika itu kami bekukan. Harapan kami, sejak itu tidak ada lagi plagiarisme dalam kehidupan literasi kita.
Kami, karena menyandang nama santri, juga harus berpikir dan bersikap seperti santri: khusnudzon, selalu berprasangka baik. Karena itulah, setiap tulisan yang disubmit pertama-tama harus kami anggap merupakan karya orisinal, dan kami tidak berprasangka sebaliknya. Jika dirasakan ada kejanggalan-kejanggalan, barulah kami melakukan apa yang perlu dilakukan.
Sayangnya, hal-hal seperti itu, prasangka baik itu, kadang dimanfaatkan oleh mereka yang mengabaikan etika, moral, dan adab —sangat tidak santri. Kita tahu, plagiarisme merupakan pelanggaran etika dan moral dalam dunia literasi yang harus diperangi. Karena itu, mari bersama-sama saling menjaga ekosistem literasi kita agar tetap kondusif hingga mampu melahirkan karya-karya orisinal dari kaum santri. Cukup sampai di sini plagiarisme itu. Jangan ada lagi.
Setuju, jangan biarkan plagitor bergentayangan di dunia literasi (duniasantri.co)