Rasa cinta kepada Allah adalah yang menjadi dasar dari sebuah iman. Sejak dari zaman sahabat dan tabi’in telah ditegaskan bahwa tidak ada iman tanpa rasa cinta kepada Allah.
Namun, bagaimana cara memupuk kecintaan kepada Allah, sedangkan kita tak pernah melihat wujud sang khalik ?
Para sahabat merealisasikan cinta dengan cara melakukan tindakan ibadah yang disyariatkan Allah. Salah satunya dengan gemar mendengar dan membaca al-Quran. Tak jarang orang-orang bukan hanya membaca, namun juga menghafalkannya, dari yang masih anak-anak hingga yang sudah lanjut usia (lansia).
Menghafal al-Quran bukan perkara umur, namun seberapa besar keinginan kita untuk menghafal dan menjaganya. Seperti cerita yang tak kalah asing ditelinga kita, seorang nenek berumur 60 tahun bisa mengkhatamkan hafalan al-Quran. Hanya perkara niat dan kesungguhan, karena Allah telah berfirman (Q.S Al- Hijr15:9):
انا نحن نزلنا الذكر و انا له لحفظون
Artinya: “Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Quran, dan pasti kami (pula) yang memeliharanya.”
Allah sangat memuliakan para penghafal al-Quran atau hafiz. Hal ini sebagaimana disabdakan Nabi: “Aku mendengar saat aku diisrakan, Allah Ta’ala berfirman, ‘Wahai Muhammad, perintahkanlah umatmu untuk memuliakan tiga orang, yaitu kedua orang tua, ulama, dan orang yang menghafal al-Quran (hafiz). Wahai Muhammad, berhati-hatilah jika ada orang yang membenci atau menghina mereka (hafiz), maka sesungguhnya kebencian-Ku sangat kuat kepada orang yang membenci mereka. Wahai Muhammad, ahli al-Quran (hafiz) adalah keluarga-Ku, maka jadikanlah mereka di sisi kamu sekalian dimuliakan di dunia. Jikalau al-Quran tidak terjaga di dalam hati mereka (hafiz), tentu rusaklah dunia beserta isinya. Wahai Muhammad, para penghafal al-Quran (hafiz) tidak akan disiksa dan dihisab pada hari kiamat. Wahai Muhammad, jika penghafal al-Quran meninggal dunia, maka menangislah langit-Ku, bumi-Ku, dan malaikat-malaikat-Ku. Wahai Muhammad, sesungguhnya surga amat rindu kepada tiga orang; engkau, kedua sahabatmu (Abu Bakar dan Umar), dan penghafal al-Quran.” (Dinukil dari kitab Durratun Nasihin).
Allah juga menjanjikan kepada para hafiz akan memperoleh mahkota kemulian yang disebut tahjul karomah, yakni sebagai penghargaan langsung dari Allah. Juga, al-Quran sebagai syafaat bagi pembaca, dan ditempatkan di surga yang paling tinggi.
Dari Abdullah Bin Amr Bin Ash ra dikatakan bahwasannya baginda bersabda: “Di akhirat nanti para ahli al-Quran diperintahkan, ‘Bacalah dan naiklah ke surga. Dan bacalah al-Quran dengan tartil seperti engkau membacanya dengan tartil pada waktu di dunia. Tempat tinggalmu di surga berdasarkan ayat paling akhir yang engkau baca.”
Begitu banyak janji Allah kepada para hafiz. Seseorang yang tidak bisa melihat dan mendengar sekalipun masih dapat menghafalnya. Lalu, bagaimana kita yang Allah ciptakan dengan sempurna secara fisik? Seperti dikatakan Ahmad Al-misry , kita memiliki empat kewajiban terhadap al-Quran, yakni membaca, memahami, menghafal, serta mengamalkannya.