Jelajah Pondok di Sumatra (2): “Horja” dan “Martammat” di Nabundong

265 views

Pada kesempatan pertama Jelajah Pesantren di Sumatra (1), kita sempat berkenalan dengan KH Abdullah Harahap, Pimpinan Pesantren Nurul Falah Panoumpuan. Selain menjelajahi dunia pesantren di Sumatra, kita juga akan melihat jejaring yang terjalin di antara pesantren dan ulama di Sumatra Utara. Salah satu jejaring yang terjalin itu adalah bahwa ternyata KH Abdullah Harahap adalah alumnus Pondok Pesantren Nabundong, pesantren Nahdlatul Ulama (NU) perintis di Tapanuli Selatan yang akan kita ulas dalam jelajah pesantren di Sumatra Utara berikutnya.

Kali ini kita akan berkenalan lebih lanjut dengan Pondok Pesantren Nabundong. Saya sendiri mendengar cerita tentang pondok pesantren yang didirikan oleh Ayahanda Haji Ahmad Daud Siregar itu dari Elisan Fitriani Pulungan yang kebetulan sempat mengajar di sana selama empat bulan sebelum yang bersangkutan hijrah ke Depok mengikuti suaminya.

Advertisements

Sebagaimana umumnya pesantren di wilayah Tapanuli Bagian Selatan, Pondok Pesantren Alhasyimiyah Darul Ulum ini ternyata lebih dikenal dengan nama Pondok Lama atau Pesantren Nabundong Lama sesuai dengan lokasinya.

Dimulai dari Persulukan

Menurut riwayat Syeh Ahmad Daud Siregar, setelah menuntut ilmu di Kedah, Malaysia, mendirikan Pondok Persulukan (1925) di Nabundong Pasar Matanggor, Padang Lawas Utara, Sumatra Utara. Salah satu yang menarik dari pembahasan mengenai pondok pesantren di Tapanuli Bagian Selatan, termasuk Nabundong dan Panompuan, adalah bahwa pondok dimulai dengan persulukan.

Pondok persulukan tersebut kemudian dikembangkan menjadi pondok pesantren dengan nama Daarul Ulum sesuai dengan nama tempat beliau belajar di Makkah. Di sana, Syekh Ahmad Daud belajar kepada H Idris Air Hitam Kedah Malaysia. Tuan Nabundong, demikian Syekh H Ahmad Daud Siregar dipanggil.

Pondok persulukan inilah yang menjadi penanda khas pondok-pondok pesantren di Tabagsel hingga sejauh ini. Barangkali ini terjadi karena pengaruh sufisme yang diajarkan oleh Hamzah Fansuri kepada murid-muridnya yang kembali ke Kedah. H Idris Hitam-lah yang kemudian mengajarkannya kepada Syekh Ahmad Daud. Selanjutnya, Syekh Ahmad Daud mengajarkannya kepada murid-muridnya yang kelak membuka pondok pesantren di daerah masing-masing.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan