Jurumiyah dan Filosofi Pendidikan Pesantren

Di atas lantai pengajian, antara goretan pulpen dan gumaman doa, pesantren bukan sekadar tempat belajar. Pesantren adalah ruang lahirnya kesadaran. Itulah kenapa, mula-mula kepada santri pemula disuguhkan kitab al-Jurumiyah.

Imam Shanhaji alias Ibnu Ajurrum.

Saat membuka kitab Jurumiyah itu, hakikatnya mereka sedang membuka gerbang epistemologis. Setiap harakat yang dilantunkan secara hati-hati adalah bentuk disiplin berpikir yang rasional sekaligus spiritual.

https://www.instagram.com/jejaringduniasantri/

Namun, posisi inila, paradoks mulai tercipta. Kerap kali pesantren dianggap sebagai institusi konvensional atau tradisional, padahal Jurumiyah justru mengajarkan struktur berpikir yang amat progresif. Di balik kesederhanaan teks yang dibawakan, kitab ini sebenarnya membentuk cara berpikir sistematis.

Demikianlah al-Jurumiyah, darinya kita bukan hanya belajar “bagaimana berbahasa Arab dengan benar”, tetapi juga “bagaimana menata pikiran supaya efektif” atau berpikir secara efektif.

Arsitek Metodologis

Penulis kitab Jurumiyah adalah Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Daud Ash-Shanhaji, yang biasa dijuluki  Ibnu Ajurrum. Ia merupakan ahli bahasa asal Maroko. Tak hanya itu, Ibnu Ajurrum juga arsitek epistemologis yang menata jalan pikiran manusia melalui bahasa. Ia menulis matan al-Jurumiyah bukan untuk memamerkan keilmuannya, melainkan untuk membangun jembatan antara kompleksitas ilmu dan kemampuan berpikir kolektif komunitas belajar.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan