KAU INGIN WAJAH SEPERTI APA

20 views

KAU INGIN WAJAH SEPERTI APA
*Pertanyaan Retorik; Puisi Setelah Perayaan Hari Pers Nasional

I

Advertisements

Setiap hari adalah perjalanan menemukan kemujuran, komedi, hingga tragedi
Hingar bingar isu menjadi sekumpulan resiprositas alami
untuk menjadi transparan dengan hati-hati.

Kebenaran selalu tujuan; oksigen yang dihidupi
oleh basis data dan analisis informasi.
kemarin aku bertemu sekumpulan orang menuju kebenaran
yang mulai kehilangan arah
sebut saja mereka jurnalis
yang di tangannya
—saksi segala peristiwa.

II

Berkejaran dengan waktu, menyingkirkan ketakutan
—adalah keberanian

Merawat waktu
pejuang berangkat dini hari
pulang larut malam
babak belur dihajar kantuk
Sisanya—kebenaran dan pencitraan menjadi topik paling ambigu untuk diputuskan.

III

Sederet tulisan, dengar letusan-letusan teror di kepalaku
berkejaran dengan waktu
yang berkompetisi di ruang dadaku.
—tiba-tiba aku bertanya wujud kebenaran ketika yang ingin didengar harus sesuai kepentingan.
Lalu siapa yang paling berkepentingan?

IV

Aku gemetar membaca deretan informasi,
sebab berarti aku membaca garis tangan pembuatnya—berarti menebak arah langkah
kepentingannya.

Dan bila sesekali
serasa terdengar gertak kemarahan
jurnalis sedang terbaring sakit
diimpit kebenaran dan kepentingan penguasa

V

Goresan pena dan ketikan
yang gila menari-nari
di atas titipan
—pencitraan.

“Kamu ingin wajah seperti apa?”
terdengar jawaban:

“suaraku adalah identitasku”
ia bertarung dengan sisa-sisa keyakinannya.

Sementara konsumen yang sedang bingung
mondar-mandir di manik matanya
kemudian tertidur tepat di dekapannya.
berkejaran dengan waktu,
jangan sampai basi asupan itu

Mimpi buruk jurnalis;
adalah kehilangan kakinya untuk menopang kebenaran yang makin tua usianya—makin berat bobotnya.

 

SEAIN ALIF-NYA, (JUGA) KUSEBUT ALIF-MU

I

Aku menemukanmu di mana-mana
di lembaran buku yang kubaca
di jalanan yang kulalui
di kota metropolitan itu
di pulau Garam ini.
;diapit cerita
dan bumi di dada dan kepala-kepala kita.

Lalu aku kebingungan,
bagaimana Majenun hidup kembali
Majenun itu hidup kembali (!)
;di tubuh perempuan
yang subur ambisinya
yang keras kepalanya
yang di matanya,
lihatlah Alif itu menyeruak
menjadi semestanya.

Lihatlah Majenun modernis itu (!)
Ia bertarung habis-habisan
Biarkan ia memenangkanmu
Biar ia menciptakan sejarah baru
Kemenangan Majenun

II

Selain Alif-Nya, juga kusebut Alif-mu
Alif kubaca
getar semestaku
Tidakkah kau bertanya dari mana goncangan itu berasal?
Dari dadaku
yang rindu bergemuruh
yang debar menyeluruh

Aku yang menggila
Alifmu menancap hebat dalam dada.

III

Aku masih bingung mana yang lebih egois
pelukmu yang kudekap,
lalu titik.
;atau ingatan tentangmu yang padaku
selalu berwujud tanda seru
di antara seru dan titik,
bukankah tak ada lagi tawar-menawar?

IV

Air mata yang mengalir
adalah mata air yang juga menghidupi
benih di dadaku
yang kadang resah
di kepalaku
yang kadang rusuh.
; sebut saja ia rindu
yang beranak pinak setiap waktu.

V

Alif di dalam dadaku kerap
berwujud doa yang merahasiakan diri
dengan air matanya
di hadapan mulut yang mengucapkannya.

Atas nama segala abjad yang pernah terucap
aku bersumpah Alifmu yang telah menikam
paling dalam.

Atas sumpahku, bertanggung jawablah untuk setumpuk rindu yang terus menggunung
kusodorkan tepat di depan pintu rumahmu.

Bukalah,
Terima ia sebagai semestamu.
Selain Alif-Nya, (juga) Kusebut Alif-mu
; Alif-Nya yang tegak dimana-mana
; Alif-mu rumah di semestaku.

ilustrasi: lukisan karya pablo picasso.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan