Kenapa “duniasantri”, Bukan “duniaislam”?

149 kali dibaca

Ketika duniasantri genap berusia lima tahun, saya teringat kembali cerita Cak Tarno mungkin dua atau tiga tahun sebelumnya. Saat itu Cak Tarno bercerita, ada seorang mahasiswa program doktor yang mau menyusun disertasi dengan objek penelitian web www.duniasantri.co. Nomor telepon saya sudah diberikan, agar sewaktu-waktu saya bisa dihubungi oleh kandidat doktor dimaksud.

Tapi, hingga tahun-tahun berlalu, tak ada orang yang menghubungi saya untuk kepentingan penyusunan disertasi tersebut. Dan saya pun sudah lupa perihal itu, sampai suatu hari di bulan Juli 2024, saya teringat kembali.

Advertisements

Saat itu tanpa sengaja saya bertemu dengannya di sebuah kampus. Saya terlibat obrolan dengan beberapa orang. Di tengah obrolan kami berkenalan dengannya. Dari obrolan ngalor-ngilur saya tahu ia telah mengubah objek penelitiannya.

Akhirnya saya iseng-iseng bertanya, kenapa ia mengubah objek penelitiannya. Jawabannya bisa jadi cukup mengejutkan bagi sebagian orang: “Setelah saya dalami, duniasantri ternyata ‘tidak Islam-Islam amat.'” Dan dia pun akhirnya urung menjadikan www.duniasantri.co sebagai objek penelitiannya.

Amboi… benarkah duniasantri ‘tidak Islam-Islam amat’? Jawabannya barangkali tergantung di sudut mana kita berdiri. Artinya tergantung pada sudut pandang.

Beragam pertanyaan yang pernah dialamatkan kepada duniasantri barangkali bisa menggambarkan hal ini. Suatu waktu ada yang bertanya, kenapa namanya “duniasantri”, bukan “duniaislam” atau “duniamuslim”? –untung tak ada yang bertanya kenapa bukan “duniakiai”?

Suatu waktu ada yang bertanya, apakah duniasantri hanya memuat tulisan-tulisan yang bertema keislaman? Atau, apakah duniasantri hanya menerima kiriman tulisan tentang santri dan pesantren? Atau, apakah yang boleh menulis di duniasantri hanya santri? Bagaimana jika bukan santri, atau bahkan non-muslim, ingin berbagi tulisan di duniasantri?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut, dan beragam pertanyaan lain yang sejenis, tentu mewakili keragaman sudut pandang. Hal ini menunjukkan betapa beragamnya sudut pandang orang terhadap keberadaan www.duniasantri.co.

Jika ada yang menyimpulkan bahwa muatan www.duniasantri.co “tidak Islam-Islam amat” mungkin saja benar. Sebab, ketika didirikan pada 2019, duniasantri memang tidak berpretensi atau mendaku sebagai representasi Islam atau umat Muslim. Tidak. Bahkan juga tak berpretensi mewakili secara menyeluruh kaum santri atau kalangan pesantren. Yang diwakili dan diwadahi hanya bagian kecil dari tradisi pesantren, tradisi kaum santri. Terutama tradisi literasi. Lebih khusus lagi tradisi penulisan. Ceruknya begitu kecil.

Tapi, dari ceruk kecil itu, bagaimana santri memandang dunia, dunianya sendiri ataupun dunia luar, itulah yang diwadahi duniasantri. Karena itu, meskipun berangkat dari ceruk kecil, horizonnya sangat luas. Bahkan mungkin tak berbatas.

Karena itulah santri, di duniasantri, tak melulu bicara agama –jika agama kita pahami dalam warna “hitam-putih”. Karena itulah santri, di duniasantri, selain berbicara dan bercerita tentang dunianya sendiri, juga tentang “dunia luar” yang dipahaminya bahkan melalui kacamata yang dipinjam dari “orang asing”.

Mungkin karena itu ia, dari sudut pandang tertentu, terlihat “tak Islam-Islam amat”. Tapi karena itu pula ia memang “layak” menyandang nama “duniasantri”, yang selama lima tahun terakhir telah menjadi “rumah” para santri, rumah literasinya kaum santri.

Dari rumah yang berdiri di ceruk yang kecil itu, siapa tahu akan lahir generasi santri dengan horizon pemikiran yang lebih luas lagi.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan