Keramat Gandasari

9,564 views

Siapa yang menabur tanah makam ini

Rumah tangga seorang yang dibenci

Advertisements

Akan jadi berantakan

Usaha yang semula lancar

Berakhir dengan kehancuran

 

Kepercayaan ini sudah mengakar kuat di Panguragan. Tempat ini sejak dulu kesohor tuah makamnya. Bisa jadi guna-guna. Dan keangkeran tanah makam Panguragan, dengan pohon waru besar dekatnya, hanya bisa disembuhkan dengan tanah kuburan Pangeran Suryanegara di Lemahtamba.

Orang memanggilnya Nyi Mas Gandasari. Selain karena tubuhnya selalu wangi, ia punya paras indah dan daya linuwih. Ia memilih hidup sendiri, dan nuraninya menanggung beban sumpahnya, dan ia tetap menolak dinikahkan ketika Seh Magelung mengalahkannya. “Jika seorang lelaki mampu mengalahkanku, ia berhak memperistriku.” Itu adalah sumpahnya. Tapi tak penting lagi baginya itu: sumpahnya. Ia tahu salah. Tapi apa yang tak bisa salah di dunia? “Kita semua tidak sempurna,” katanya.

Tidak satu pun dari 25 ksatria hebat, di antaranya Ki Gede Pekik, Ki Gede Pekandangan, Ki Gede Kapringan, dan Dampo Awang, mampu menundukkannya sampai Seh Magelung maju dan membuatnya jadi tertawaan orang banyak.

“Semangatmu yang berkobar-kobar itu pasti akan dicatat, Gandasari,” kata Seh Magelung. “Tapi, orang akan lebih mengenalmu sebagai wanita keji.”

Gandasari si keras hati dan ingkar janji. Perempuan yang tak dibakar berahi. Ia hidup menyepi di Panguragan, sekira 25 menit naik motor dari desa kelahiran saya. Ia menjauhkan diri dari lelaki yang kehadirannya membuatnya lupa Tuhan. Di tempat itulah, orang-orang memujanya seolah dirinya dewi yang bisa menghapus segala derita di wajah. Sekalipun ia mati membawa rasa malu.

Tapi tubuhnya menebarkan bau pandan. Dan itu membuat saya penasaran, seperti juga asal-usulnya yang simpang siur, yang entah apa sebabnya, selama berabad-abad…

Sosoknya diceritakan dengan emosi intens dalam banyak catatan.

Dalam satu fragmen, Naskah Klayan, ia disebut sebagai putri dari pembesar Pasai yang masih punya ikatan saudara dengan Fatahilah. Mula-mula menerangkan ia dibawa oleh Pangeran Cakrabuana sepulang dari Mekah kemudian diserahkan kepada Ki Gede Selapandan. Dan diminta untuk tinggal di Panguragan –sebuah tamansari penuh bunga. Versi lainnya, dalam Babad Cirebon, ia adalah hasil tapa Ki Gede Selapandan. Ia menjelma dari bunga pudak yang jatuh ke tanah dan kelak sanggup memikat banyak lelaki dengan aroma tubuhnya.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan