Dunia pendidikan menjadi media yang sangat strategis dalam mengubah serta mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan menjadi salah satu ujung tombak seseorang dalam membawa sebuah masyarakat maju berperadaban. Di samping faktor lain, misalnya ekonomi atau politik yang mendukung sebuah masyarakat maju, dunia pendidikan menjadi salah satu aspek yang mendapatkan banyak sorotan, lebih-lebih ketika stakeholder dan pemangku kebijakan pendidikan Indonesia dipegang oleh Bos Besar GoJek, Nadiem Makarim. Sontak, arus utama pendidikan yang dulunya mengandalkan media offline lambat laun bertransformasi ke optimalisasi dunia teknologi digital. Bukankah begitu?
Tak bisa dimungkiri lagi, bahwa pendidikan adalah aset berharga tak tergantikan bagi bangsa Indonesia. Kita tidak mungkin lupa setiap tanggal 02 Mei semua civitas pendidikan terdiri dari guru, murid, dosen, dan elemen lainnya bahu membahu memperingati HARDIKNAS, Hari Pendidikan Nasional. Ini menandakan bahwa ada gelora semangat baru yang diharapkan pada sektor pendidikan, meskipun realitanya masih banyak celah, ketidakadilan, sekolah roboh, pendidikan tak layak, minimnya akses sekolah, bahkan persoalan anggaran pendidikan menjadi cobaan bangsa yang berat.
Bertolak dari kegelisan itulah, Pengasuh Pesantren Amanatul Ummah Surabaya, Prof Dr KH Asep Saifudin Chalim, memberikan skema bagaimana idealnya pendidikan Islam serta bagaimana langkah Kiai Asep menyikapi bagaimana perkembangan pendidikan mutakhir di Indonesia.
Dalam beberapa kesempatan seperti rapat dewan guru, pengajian bakda subuh, atau saat arahan kepada santri, Kiai Asep menekankan secara serius bahwa pendidikan adalah harga mati bagi santri Amanatul Ummah agar mampu mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur seperti cita-cita pesantren Amanatul Ummah.
Tak disangka-sangka, respons Kiai Asep pada sektor pendidikan sangat luar biasa besar. Tidak heran jika Kiai Asep berusaha sekuat tenaga menciptakan pendidikan terbaik dan unggul di Indonesia, bahkan di tingkat dunia dengan desain sangat apik, sistemik, serta berorientasi jangka panjang.
Impiannya? Indoneisa maju dan berdaulat. Tidak ada alasan lain selain demi bangsa dan negara. Makanya, Kiai Asep menuangkan segala pemikirannya dalam visi-misi lembaga pendidikan Amanatul Ummah sebagai ijtihad pemikiran berdasarkan refleksi kehidupan yang dijalani sedemikian keras sehingga menumbuhkan buah karya yang tertuang dalam visi-misi pesantren dengan semngat kebangsaan yang menggelora.