Setelah kisahnya dengan Nurmala berakhir dengan patah hati, Kang Syukri belum juga mendapatkan tambatan hati lagi hingga tahun demi tahun pun berganti. Kedudukannya sebagai santri senior yang dihormati serta kedekatannya dengan keluarga Kiai Fatah ternyata tidak berpengaruh pada jalan takdir jodohnya.
Seiring berjalannya waktu, tugas Kang Syukri membantu ndalem pun semakin berkurang. Akan tetapi Kang Syukri sekarang punya tugas khusus menjadi sopir keluarga Kiai Fatah. Waktu senggang di antara kesibukannya menjadi sopir serta mengajar di madrasah lebih sering ia gunakan untuk mutholaah kitab. Tugas barunya dalam mengampu kitab Alfiyah di madrasah memang mengharuskan Kang Syukri untuk sering berjibaku dengan referensi-referensi kitab besar.
Malam itu Kang Syukri sedang berkutat dengan kitab Ibnu Aqil, syarah kitab Alfiyah Ibnu Malik yang terpampang di depannya. Setiap malam Sabtu Kang Syukri memang mendapat jadwal mengajar kitab Alfiyah di madrasah tingkat aliyah. Para santri yang kebanyakan masih nyambi kuliah itu menyimak penjelasan Kang Syukri dengan antusias.
“Syaikh Ibnu Malik memberi kita nasihat lewat Alfiyah dalam bab tanaazu’ ini dengan bahasa yang sangat indah,” tutur Kang Syukri tatkala memulai me-murodi isi kitab Ibnu Aqil.
“In aamilaani iqtadloyaa fismin amal-qoblu falilwaahidi minhumal amal.
Watstsaani aula inda ahlil bashroh-wakhtaaro aksan ghoirohumdzaa asroh.”
Kang Syukri melagukan bait Alfiyah itu dengan suara seraknya. Namun, bagi para santri suara serak itu terdengar penuh wibawa.
“Ada yang tahu apa maksud nadzoman tadi?”
Semua santri terdiam mendengar pertanyaan ustadz yang juga sopir Kiai Fatah itu. Seorang santri yang sedang tertidur disikut temannya dan lantas jatuh tersungkur karena saking terkejutnya. Seisi kelas tergelak melihat adegan itu.
“Baiklah, biar aku sendiri yang menjawabnya kalau kalian tetap memilih diam,” suara Kang Syukri menghentikan tawa para santri. Suasana kelas berangsur kondusif kembali. “Kurang lebih makna nadzoman itu adalah, jika ada dua amil jatuh sebelum suatu isim, maka amil yang beramal hanyalah salah satunya saja. Menurut ulama basroh, mengamalkan amil yang kedua lebih utama, sedangkan ulama lain memilih sebaliknya. Paham, ya, maksudnya, Kang?” papar Kang Syukri kepada santri-santrinya sembari melempar tanya. Lagi-lagi pertanyaan Kang Syukri disambut dengan keheningan ruang kelas itu.