Saya adalah penutur kisah Kiai Tawakkal. Seorang kiai muda yang menjelang wafatnya, makam di mana ia bersemayam untuk selamanya, sewaktu malam hari, berubah menjadi lautan. Nyaring gemuruh ombak dan debur air menabrak karang, begitu jelas terdengar dari sana. Barangkali ada sekitar sepuluh orang yang sampai sekarang berani bersaksi bahwa pengalaman yang mereka rasakan adalah sama persis.
Nyaris tidak ada yang istimewa dari seseorang yang bernama Kiai Tawakkal ini pada saat semasa hidupnya. Ia menjalani hidup seperti manusia kebanyakan: beribadah, bekerja, belajar. Entah apa yang membuat Kiai Tawakkal mendadak menakjubkan setelah wafatnya, sampai-sampai lautan berpindah ke sepetak tanah pemakamannya. Mungkin bukan. Bukan mendadak. Kiai Tawakkal telah merencanakan ini dan kami tidak pernah tahu apa-apa mengenai hal yang demikian itu.
Saya berusaha melacak jejak kronologis, pemikiran, hingga keteladanan yang barangkali kebuntuan atas hal ganjil ini, dapat segera menemui jalan keluar. Kalau memang Kiai Tawakkal adalah seorang wali yang tersembunyi, maka kami akan mengungkap ketersembunyian itu, lantas mengabarkan kepada seluruh warga bahwa di kampung Jagalan pernah ada seorang waliyullah sekaligus yang pernah kita abaikan. Pada saat momentum tersebut, barulah kami dapat menimba kemuliaan dan keberkahan dari seseorang yang namanya santer di jagad langit.
“Kalau memang betul begitu, Kiai Tawakkal serupa anak tangga yang dapat mengantarkan kita ke langit,” tutur Maryono sekali waktu, saat sedang duduk melingkar bersama orang kampung lainnya yang berencana untuk memugar makam Kiai Tawakkal agar memadai apabila ada yang ingin berziarah.
“Tapi bagaimana caranya?” Rohib membungkam forum. Itu pertanyaan sulit. Ya, bagaimana cara membuktikan bahwa Kiai Tawakkal sungguhan waliyullah? Apakah ada metodologi yang valid untuk membuka rahasia langit ini? Bukan hanya Maryono dan sekumpulan gawagis kampung Jagalan yang bungkam, tapi juga desir angin yang tiba-tiba tak lagi menggoyangkan dedaunan; jangkrik dan kodok yang seolah ditelan lumpur; serta sengau malam hari yang makin menenggelamkan.