Sepotong bibir adalah lambang bagi perempuan. Katamu suatu kali. Sebab itu, akhirnya aku berencana memoles bibir ini dengan gincu paling langka di dunia. Hingga kau dapat terperangkap dan tidak bisa lepas dariku. Kini, kegemaran baruku hanya ada dua: selain ranjang, juga tempat rias.
Hanya di siang hari, kau akan tampak lebih menyenangkan aku pandang. Siang hari bagiku adalah pelengkap dari keping-keping kesedihan. Sebab malamnya, aku hanya rubah betina yang meringkik dalam pelukan orang-orang. Tetapi tak mengapa. Sungguh tak mengapa. Sebab mencintaimu sepanjang siang sudah cukup melegakan.

***
Sebuah siang jatuh dari bibir bus jurusan balai kota dan singgah di pinggir jalan Parangtritis. Sedari tadi, bus tersebut merayap, lagu dangdut dari sebuah kumpulan puisi seorang penyair berdendang menguasai ruang. Sedikit pengap memang, sebab kota ini, mungkin juga kota-kota lain, diserang hawa panas. Lelehan matahari jatuh, gerutu orang-orang. Dan aku, sewaktu itu, hanya bersandar dekat jendela lalu mengingat banyak hal.
Sebagai perempuan tanggung yang tersekap belasan tahun di sebuah tempat yang biasa orang-orang normal sebut rumah, merasa terkesima. Betapa jejeran gedung menjulang-rendah, sekumpulan orang bercakap, anak-anak bersepeda pulang sekolah, penjaja es buah, dan beberapa hal yang tak pernah aku lihat selain dari layar kaca televisi, nampak melintas.
Dengan sedikit gugup aku turun di jalan ini, mengekor seorang nenek yang membawa bakul kecil berisi ikan-ikan segar. Aku tebak ia tiba dari pasar entah di mana. Sungguh, aku terharu sekaligus bimbang. Ini kali pertama aku menjejalkan diri di luar rumah. Lepas dari kenyataan buruk dan menyedihkan yang berulang-kali menimpa.
Aku terharu. Sebetulnya aku tidak ingin mengingat, tetapi aku tahu, jika tidak aku ceritakan pengalaman buruk ini, pembaca akan kebingungan dan merasa cerita pendek ini membosankan. Maka setidaknya, aku memaksa –tentu setelah berdebat lama dengan si pengarang cerita, untuk menceritakan hal menyedihkan dari hidupku.