ELEGI
Luka adalah bentuk paling jenaka dari cinta
Ia akan selesai dengan ditertawakan, lalu aku mencintaimu lagi, terus-menerus.
Air mataku ranum, sayang.
Sebab aku ingin kau meneguknya, hingga ke dasar, temaram sampai lubuk hati.
Onion-onion di atas pelipis matamu
Berhamburan ke segala ruang pikiran
Ia pendar dalam kisah cinta yang panjang, hingga tak ada bayangan legam yang menguasai tubuhku, apalagi jiwaku.
Sumenep, 202
KOMPOSISI DETERJEN
Deterjen terbuat dari surfaktan, fosfat, aditif, dan cinta ibu yang diekstrak
Semua menyatu menjadi senyawa; melenyapkan dosa-dosa di pakaian, dan segala luka di dada
Aku mencium wangi kecintaan, aromanya begitu tulus
Izinkan aku mengendusnya saban hari; agar aku tak mencium bau sial, dan bau badan tikus yang terkontaminasi air comberan
Sumenep, 2024.
BADUR
Sejarah kehilangan tak pernah temaram ke dasar laut–aku masih menyaksikanmu berdiri, mengitari lembah-lembah sunyi di lubuk hati. Sesekali, kau menyusup ke dalam tangisku seraya mengutukku.
Andai kau di sini, kita akan memandangi pantai Badur, dengan debar dada yang masih sekeras debur. Meski ayunan di pohon cemara itu, mungkin tak sanggup lagi merayumu, dan jari-jariku tak dapat melucuti air matamu satu-per satu. Cuaca buruk melanda hati kita. Dan akulah penyebabnya
Sumenep, 202
BADUR II
Sore itu kupastikan kabarmu. Aku terlampau mencintai bekas jejakmu yang begitu dalam. Riak air yang diciptakan oleh kakimu yang penuh dedak pasir dulu, masih gemericik dalam khayal. Entah sampai kapan, namun aku tak ingin benar-benar melupakan.
Jika kau tanya pantai Badur kini seperti apa? Maka ia tetap indah, namun sulit dinikmati. Rumbai cemara adalah gombalan yang tak pernah kuhiraukan. Sampan-sampan berbanjar mengikuti garis pulang, serupa rinduku yang menguntiti perasaan.
Sumenep, 2024.