Kota Mati dan Ingatan yang Tenggelam

128 views

Pada dinding-dinding sunyi tempatku berbagi, jelajah lorong yang kehilangan makna. Batu-batu cuilan peradaban berserakan diempas zaman. Denting jam tua di ketinggian menara meraung sendirian. Lintasan waktu berulang kali membisu. Ikatan sejarah berawal dan akhirnya hampa.

Kota itu diam. Mati. Tidak ada lagi getaran di sendi-sendinya. Tak ada lagi kehidupan di buluh nadinya. Terbengkalai. Tidak terurus. Kosong. Hanya mimpi sesekali jumpai sunyi. Menciptakan goresan hitam tidak berkesudahan. Pada jelaga-jelaga perapian yang lama padam. Melintasi kota mati ketika senja menanti. Buram pandangan penuh kelam perasaan. Di sudut-sudut terdalam membuka tabir rahasia.

Advertisements

***

Suara erangan tiba-tiba membuatku mengerjapkan mata. Membangunkanku dari buaian mimpi. Aku tidak tahu pasti bagaimana semua ini bermula. Aku bangkit dan memperhatikan sekeliling. Betapa terkejutnya setelah mengetahui bahwa aku sedang berada di dasar laut. Ya, aku tidak sedang bergurau. Ini benar-benar air telah berkuasa. Terumbu karang dan ikan warna-warni bergoyang mengikuti arus. Namun, bagaimana mungkin aku bisa bernapas dan melihat dengan jelas, sementara tubuhku berada di dasar laut?

Ada sesuatu yang mengganjal dalam kepala. Aku tak bisa mengingat kejadian sebelum sampai di tempat ini. Ingatanku seperti tenggelam. Aku tak mampu mengingat siapa diriku sebenarnya. Siapakah aku? Nama, nama, nama. Aku berusaha mengingat lagi, mencari nama di antara huruf-huruf.  Nama. Siapakah namaku? Sial! Apakah aku hilang ingatan? Apakah sebelum sampai di tempat ini kepalaku membentur sesuatu, hingga lupa dengan segalanya? Tetapi, mengapa takada sedikit pun memar di kepala atau di sekujur tubuh? Takada rasa sakit. Aku merasa baik-baik saja. Kalau pun memang benar hilang ingatan, lantas mengapa masih bisa mengingat kata-kata dan bisa berkata-kata?

Perhatianku seketika teralihkan oleh suara erangan itu lagi. Seperti rintihan yang semakin memekakkan telinga. Aku semakin penasaran dan mencoba mencari sumber suara. Aku tak tahu arah, karena sejauh mata memandang hanya air, hewan, dan tumbuhan laut yang tampak.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan