Modernisme, di balik semua kemajuan yang dibawanya telah ditemukan bermasalah terhadap keutuhan hidup dunia dan segala isisnya, terlebih terhadap alam. Pemahaman bahwa manusia adalah subjek kesadaran telah membawa akibat buruk pada apa pun. Modernisme berdampak pada rusaknya keseimbangan tatanan ciptaan. (Emanuel Wora)
Wajahnya yang tampak anggun nan kokoh dengan segala kecanggihan dan kemudahan yang disuguhkan modernisme, membawa pengaruh signifikan terhadap perkembangan kehidupan umat manusia di dunia. Meski manusia sebagai subjek berkesadaran dan bisa mengetahui semua kenyataan dengan rasionya; mampu menilai sesuatu dan selalu menjadi pusat pengetahuan, tetapi era ini tengah menjerumuskan manusia dalam krisis kehidupan yang kompleks dan bersifat global.
Banyak di antara mereka tengah mengalami disorientasi atau kehilangan arah. Tak ayal, mereka menjadikan dunia sebagai tujuan hidup (way of life), bahkan laku hidupnya ditujukan terhadap dunia semata. Hal ini terjadi lantaran adanya pengaruh sekularisasi dan filsafat pragmatisme yang sudah cukup lama bersemayam (merasuk) ke jiwa mereka.
Sementara itu, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dianggap sebagai kekuatan (power) pendorong bagi proses modernisasi tengah mengakibatkan semakin tingginya hedonisme dan pragmatisme umat manusia. Alih-alih ilmu pengetahuan dan teknologi memberi umat manusia berkah yang melimpah-ruah berupa kemudahan materi dan memperluas cakrawala pikirannya, kegelisahanlah mereka dapatkan yang ditandai dengan tergerusnya perhatian manusia terhadap spiritual dan etika. Semangat kemodernan secara perlahan-lahan mulai mengikis nilai-nilai kebenaran, kehormatan, dan etika yang dahulu sempat menjadi benteng kokoh setiap peradaban besar.
Kehidupan Masyarakat Modern
Sejak dibukanya kran pemikiran rasional oleh Rene Descartes (1595-1650) dengan pernyataan Cogito Ergo Sum (saya berpikir maka saya ada), menandakan babak baru dalam sejarah peradaban umat manusia yang sering disebut zaman renaisans (modern). Era ini lahir sebagai pencerah dan pembebas (antitesis) dari hegemoni pemikiran sebelumnya (dogma Gereja).
Sebagai antitesis, modernisme menawarkan paradigma baru yang ciri utamanya adalah humanisme, empirisme, rasionalisme, individualisme, dan terlepas (bebas) dari pengaruh agama. Artinya, manusia pada era ini tidak mau diatur oleh agama. Alhasil, standar-isasi kebenaran acapkali merujuk pada pemikiran rasional-empiris-positivistik. Dan produk pemikiran ini adalah lahirnya ilmu pengetahuan dan teknologi.