LAGU VIRGOUN
Lagu-lagu itu tak hanya melintas, ia menciptakanmu di ruang perasaan, menghadirkanmu dengan bentuk paling sederhana dari wujud kerinduan.
Andai pertemuan bukan hal mustahil, aku ingin menjadikannya abadi. Agar ketika lagu-lagu itu diputar lagi, ia tak perlu mencarikan bayanganmu untukku. Sebab, kau telah aku peluk
Aku sangat menikmati liriknya, sayang
Sebab ini satu-satunya caraku membuat perjumpaan
Sebelum perjumpaan paling kekal terjadi, dalam kuasa takdir-Nya nanti
Surabaya, 2024.
OBITUARIUM
Pasca itu, segalanya berwarna hening
Doaku karam di atas gundukan
Ragamu menjelma kehampaan
Namun sangat utuh dalam ingatan
Bunga-bunga yang kutabur
Adalah jalur menuju hatimu
Ia berwarna tujuh rupa; aku, kamu, kita, cinta, perasaan, setia, dan keabadian
Hati-hati di jalan
Di sini, aku memikul sunyi sendiri
Menutup segala lubang danau di mataku
Agar ia tak membasahi tempatmu berpamitan
Meski nyatanya, ia tetap basah oleh rinduku yang mencair
Sumenep, 2024.
ARKAN
Cinta adalah bahasa kekal
Untuk mendefinisikan luka
Segala musim kau lewati terengah-engah,
Seraya berharap bulir hujan dan silau kemarau bertandang bersamaan, membentuk ekstraksi bernama ketulusan
Sejarah pertemuan tak sedikitpun memudar, katamu
Ia masih rekat di antara riak percakapan
Kau menata hati berkali-kali, sambil menertawakan luka yang datang dan pergi
Busung dadamu masih menjadi tempat doa-doa mengekalkan niat
Sebab darinya, kau bisa memulangkan air mata tanpa sia-sia
Arkan…
Badai punya waktu untuk berhenti
Yang perlu kau siapkan hanyalah kesetiaan
Sampai gemuruh itu berubah menjadi bahasa cinta
Lalu hati menyatu layaknya samudera
Sumenep, 2024.
Sumber ilustrasi: Indonesian visual art.