Lapoa: Laboratorium Toleransi di Tengah Gelombang Polarisasi

Saat banyak daerah di Indonesia masih bergulat dengan isu intoleransi dan polarisasi sosial, sebuah desa di Sulawesi Tenggara justru menawarkan kisah sebaliknya. Desa Lapoa, hasil program transmigrasi sejak 1976, menjadi contoh nyata bahwa perbedaan agama dan budaya bisa tumbuh menjadi kekuatan sosial, bukan sumber perpecahan.

Berawal dari program transmigrasi yang mendatangkan 500 kepala keluarga asal Sunda, Jawa, dan Bali, Lapoa kini menjelma menjadi ruang hidup inklusif di mana Muslim, Hindu, Budha, dan Kristen Katolik maupun Protestan hidup berdampingan tanpa sekat. Di tengah hamparan sawah dan perkebunan kelapa hibrida, masyarakat Lapoa membuktikan bahwa harmoni sosial bukan warisan, melainkan hasil kerja bersama.

https://www.instagram.com/jejaringduniasantri/

“Dulu kami datang ke sini hanya untuk bertahan hidup. Sekarang kami hidup berdampingan tanpa sekat,” ujar Dedi Iskandar, Kepala Desa Lapoa, anak dari transmigran asal Tasikmalaya yang diwawancarai Tim Ekspedisi Patriot (TEP) 15 Universitas Indonesia (UI) di kediamannya, dalam keterangan yang diterima Humas UI pada Selasa, (28/20/2025).

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan