MENDIKTE TAKDIR
Malam mengetuk pintu rumah
Rembulan berkilau di atapnya
Angin menerobos jendela kamar
Berhenti membuatku mengangut
Membasahi bibir
Mengeja-ngeja namamu
Tepat di malam itu…
Doa-doa telah menyeruak ke langit
Melampaui garis takdir
Seperti sedang menegosiasi Tuhan
Untuk meng-ijabahkan doaku
Begitulah aku menjalari waktu
Untuk mengetuk pintu hatimu
Dengan mengetuk hati Tuhanku
Seperti malam yang mengetuk pintu rumahku
Melepas malam yang pekat
di ranjang peraduan bersamamu
Bangkalan, 06 April 2021.
LENGKARA
Pada anak waktu
Di dalam ruang yang sunyi
Ia menyelinap ke dalam hatiku
Mengetuk pintu yang purba
Di paksa menenggak kembali
Air ludah yang kusudahi.
Sebagaimana ludah
Yang tak ingin kujilat lagi
Ini hati yang tetap memilih untuk tetap basi
Dari patahan-patahan waktu
Yang disia-siakan
Untuk tetap pergi.
Mana mungkin!
Kecuali itu takdir
Yang mengetuknya kembali.
Bangkalan, 12 Agustus 2021.
INGKAR
Di malam itu kau menyalami waktu
Di sela-sela sepi
Yang tidak bisa masuk lagi
Menubikan kata
Pada sepenggal kalimat
Yang kau sebut doa
Mencoba memahat sedih
Di antara celah-celah
Amarah
Menafikan sebuah ikrar
Kesucian
Seolah-olah semuanya
Kau anggap ombak
Kadang pasang, kadang surut
Yang menggusur pasir di bibirnya
Percuma kau mencurahkan hujan
Pada lahan yang mengerontang
Karena ia tak mungkin
Menumbuhkan benih kehidupan.
Cak lil, Bangkalan 23 Agustus 2021.
WAKTU
Dalam setiap degup jantung
Aku menimba air mata
Dari temaram masa laluku
Ia hendak kembali
mematahkan waktu
Menarik kembali
Ke anak masa lalumu
Tapi itu sangat lengkara
Untuk melebur kembali
Sebagai wujud sediakala
Di saat-saat bersamamu.
Bangkalan, 4 Maret 2021.