Maqashid Syariah, Imam Syatibi, dan Era Modern

171 views

Dalam filsafat hukum Islam, ada seorang ulama yang sejak lama saya kagumi pemikiran dan produk keilmuan yang dihasilkannya. Bahkan sejak semester 5 (awal saya mengenal ilmu beliau), saya sangat tertarik dengan corak pemikirannya. Ya, Imam Syatibi, pencetus sekaligus penggagas teori Maqashid Syariah, teori yang masih sangat relevan dengan era modernitas saat ini.

Imam Syatibi sendiri memiliki nama lengkap Abu Ishak Ibrahim bin Musa bin Muhammad al-Lakhmi al-Gharnati. Lahir di Granada (yang saat itu sangat dipengaruhi oleh peradaban Bani Umayah di Andalusia) pada tahun 730 Hijriyah, atau kalau dimasehikan 1328 Masehi. Syatibi sendiri adalah nama yang dinisbatkan pada suatu nama daerah bernama Syatibah, tempat ayah Imam Syatibhi dilahirkan.

Advertisements

Dalam bidang Ushul Fiqih, Imam Syathibi berguru kepada kepada Syekh Abu Abdillah Muhammad Ibn Ahmad al-Syarif al-Tilmisani pada 771 H. Imam Syathibi ketika berguru pada Syekh Abu Abdillah memiliki teman yang juga merupakan ilmuan muslim, yakni Ibnu Khaldun. Selanjutnya, beliau melanjutkan pengembaraan keilmuannya dalam Ushul Fiqih kepada Khatib Ibn Marzuq.

Ulama sepakat bahwa Imam Syatibhi merupakan tokoh dalam teori Maqashid Syariah. Alasannya adalah karena beliau yang secara sangat sistematis berhasil menyusun teori atau ilmu maqashid. Ilmu maqashid yang disusun oleh Imam Syathibi lebih sistematis dan lebih lengkap dari pada teori-teori yang ada sebelumnya.

Tidak hanya Ushul Fiqih, pengembaraan keilmuan Imam Syatibhi juga meluas terhadap ilmu-ilmu lain, seperti ilmu-ilmu gramatika bahasa Arab, Tafsir, Teologi Raional, hingga ilmu Filsafat dan Kalam. Keilmuan-keilmuan inilah yang bisa dipastikan membentuk kerangka berpikir Imam Syatibhi, yakni Maqashid Syariah.

Pengembaraan keilmuannya itu pun juga dimentori oleh ulama-ulama besar dan pakar di bidangnya masing-masing. Misal, dalam ilmu Gramatika, Imam Syatibi belajar kepad Abu Abdillah al-Birri, ulama besar Bahasa Arab, setelah itu (setelah Imam al-Birri wafat), Imam Syatibi melanjutkan bergurunya kepada mufassir terkenal, Imam al-Syarif al-Sabti.

Dalam ilmu Tafsir, ia belajar kepada ahli tafsir Syekh al-Balansani. Dalam bidang Hadis berguru kepada Syekh al-Qasim ibn al-Bina dan Syekh Syamsuddin. Dalam ilmu Filsafat, ia belajar kepada Abu Ali Manshur. Dari sini juga, Imam Syatibhi mengenal pemikiran Mu’tazilah dan pemikiran rasional lainnya.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan