MAWAR HITAM
Derai asmara menghanyut luka
berkaca telapak empang sana
Mata air hanya diam tertawa
tentram riang dengan gemericiknya
Di gunung tinggi menjulang
muncul harapan burung kutilang
inginkan permata yang masih perawan
walau katanya telah tiada dikuburkan
lelah batinnya kembali mendesah
bagaikan dihajar batu dari tiap arah
Sakit, pedih, serta hanya pasrah.
Morleke,2022.
MELUKIS SENJA
Hari ini kukecupkan bibir pada irama
Alunan lagu dalam bingkai panorama.
Hanya lingkaran mata pena,
Mengadu sendu lewat puisi purba
Hari telah beranjak pulang
Meninggalkan kenangan bingkai kesepian
Sketsa alam memberi kecupan
Meski raga tak kuasa melayang
Sekadar bertahan dalam bayang-bayang
Di balik pegunungan rindang
Burung kutilang cekikikan
Mereka hanya melihat drama
Ilusi jiwa tidak punya makna
Berbisik doa menakar luka
Hening pena melukis senja
AL-MARDLIYYAH, PONDOKKU
Lidah diksiku mulai gemetar
Melihat nama dari jendela samar
Al Mardliyyah, papan itu berwarna hijau
Penuh beribu panca pengabdian
Sukma terhanyut ilusi menyerang
Mungkinkah waktu akan segera purna
Terbunuh berahi kata senja
Tidak… Inilah tempat bertapa, di dalamnya barokah dan ilmu ada
Tidak masalah terjal luka, berpisah jauh orang tua
Karena tempat ini laksana purnama
Menerangi bagi seluruh manusia
PETUAH BAROKAH
Teruntuk; Abah
Sudah ribuan kata engkau haturkan pada telinga, bisikkan nasihat serupa doa.
Sudah ribuan teladan engkau contohkan, hingga kulupa petuah perilaku awalan.
Hanya teladan engkau bagaikan matahari yang menghidupi ratusan mimpi, meski bayang mendung kadang menghampiri.
Lisan getir tanpa henti bertuah, memberi nasihat suci titipan Ilahi.