Alih wahana merupakan hal yang lazim didengar oleh para peneliti sastra. Alih wahana menjadi kajian yang penting dalam sastra bandingan. Pada hakikatnya, jika membicarakan tentang alih wahana, maka akan berkaitan juga dengan hubungan antarmedia. Menurut Damono (2018: 9), kata wahana mengandung arti kendaraan atau medium yang berfungsi untuk mengungkapkan atau mencapai suatu hal. Alih wahana merupakan sebuah proses pengalihan dari satu jenis ‘kendaraan’ ke jenis ‘kendaraan’ lainnya.
Hasil yang diperoleh dari proses alih wahana tersebut meliputi ekranisasi, yaitu proses pengalihan suatu karya sastra menjadi film; musikalisasi, yaitu proses pengalihan puisi menjadi syair lagu yang dibawakan tanpa menyertakan pembacaan puisi; dramatisasi, yaitu proses pengalihan puisi atau prosa menjadi pertunjukkan sandiwara atau drama; dan novelisasi, yaitu proses pengalihan film atau karya sastra lain menjadi film. Hasil akhir dari proses alih wahana dapat berupa penambahan, penggantian, maupun pelepasan struktur pada karya sastra yang bersangkutan.
Dramatisasi Puisi
Helvy Tiana Rosa dikenal sebagai perempuan penyair muslimah Indonesia. Ia lahir di Medan pada tanggal 2 April 1970. Sepanjang hidupnya ia banyak berkutat dengan bidang sastra, seperti menulis puisi, cerpen, cerita anak, esai, novel, maupun drama. Selain itu, ia juga pernah bekerja sebagai dosen di UNJ, editor, pendiri teater bening tahun 1990, pendiri Forum Lingkar Pena (FLP) tahun 1997, dan pendiri rumah cahaya tahun 2002, dan sebagainya.
Helvy sering melakukan kritik terkait suatu keadaan melalui karyanya. Gagasannya mengenai isu etnis maupun agama, ketimpangan masyarakat, perbedaan status sosial, dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya dapat ditemukan dalam karyanya yang disampaikan dengan lugas dan terang.
Helvy memiliki berbagai macam karya, seperti naskah drama yang berjudul Aminah dan Palestina (1991), Negeri Para Pesulap (1993); cerpen yang berjudul Ketika Mas Gagah Pergi (1997), Sastra yang Merenggutku dari Pasrah (1999); novel yang berjudul Mc. Alliester (1996) Kembara Kasih (1999); puisi yang berjudul Sajadah Kata (2002), Apakah Sampai Padamu Berita Tentang Mahanazi? (2011); esai yang berjudul Segenggam Gumam (2003); cerita anak yang berjudul Pangeranku (2000), dan lainnya yang dimuat di berbagai media pada zamannya.