Mengenang Ayahnda Hasan Basri Lubis, Penyair Ulung dari Purba Baru

173 kali dibaca

Motor Sampagul
Tirip tu Pakan Baru
Malo ho margaul
Padao sifat camburu
Motor ALS
Tirip tu Padang
Jago deges-deges
musti doho sumbayang

parkir idola di Jembatan Merah
Tubati dosa-dosa, ate-ate martambah cerah
Motor Anatra dicarter tu Sigalangan
Marerap martaqwa, ulang di angan-angan

Advertisements

Demikian adalah sepenggal dari ratusan bahkan ribuan syair yang dibacakan oleh Ayahanda Hasan Basri Lubis ketika mengajar kami di Pesantren Musthafawiyah, Purba Baru, Mandailing Natal, Sumatera Utara (Pesantren Purba).

Ayah Hasan, begitulah kami akrab memanggilnya. Beliau adalah salah satu guru senior di Pesantren Purba dan mungkin merupakan guru terakhir yang sempat berjumpa dengan Syekh Musthafa Husein, sang pendiri pondok pesantren.

Ayah Hasan adalah orang Purba Baru asli. Rumahnya tidak jauh dari rumah Syekh Musthafa dan Masjid Raya Baitul Makmur (Masjid Jae). Ayah Hasan pernah bercerita sewaktu kecil ia sering mengambil buah-buahan di belakang rumah Syekh Musthafa.

“Meskipun tahu, beliau (Syekh Musthafa) tidak pernah menegur apalagi marah,” kenang Ayah Hasan ketika mengingat masa kecilnya.

Ayah Hasan menghabiskan masa mudanya dengan belajar di Mushtafawiyah sekitar dekade 1960-an. Setelah menyelesaikan studinya, ia sempat merantau Pekan Baru, Riau beberapa waktu sebelum kembali ke Purba Baru dan mengajar di Pesantren Purba.

Merdu Bersyair

Ada satu hal yang begitu menonjol dari Ayah Hasan, yaitu suaranya yang begitu merdu. Ayah Hasan begitu mahir melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan lantunan yang menenangkan hati. Suaranya yang begitu lembut namun tegas selalu saja membuat terkesima, betah berlama-lama mendengar mata pelajaran Mustholah Hadits yang diampunya.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan