Ada pemandangan yang berbeda di Kota Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (13/10/2020) malam. Selepas isya, ratusan santri Pondok Pesantren Nurul Islam mengikuti pawai obor berkeliling keluar masuk kampung. Sepanjang pawai, sambil memegang obor, tak hentinya dari mulut ratusan santri itu terdengar lantunan takbir, salawat, dan doa.
Dengan khidmat, ratusan santri itu berdoa agar pandemi ini segera berakhir, virus Corona atau Covid-19 terangkat dari Bumi ini.
Ya, ratusan santri Pondok Pesantren Nurul Islam ini sedang melaksanakan “Rabu Pungkasan” atau “Rebo Wekasan”, ritual tolak balak yang secara rutin dilakukan setiap hari Rabu terakhir dari bukan Safar berdasarkan kalender Islam (Hijriah).
Tolak balak dilakukan dengan pembacaan salawat Burdah, tradisi masyarakat Muslim yang dipercaya mampu mengusir azab dan bencana, wabah dan penyakit, seperti pandemi yang sedang menghantui Bumi hari-hari ini.
Karena pandemi itu pula, ritual “Rabu Pungkasan” kali ini dilaksanakan secara berbeda di beberapa tempat. “Rabu Pungkasan” yang diikuti ratusan santri Pondok Pesantren Nurul Islam dilaksanakan dengan mengikuti protokol kesehatan secara ketat. Para santri wajib memakai masker dan menjaga jarak.
Di Desa Jepang Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, “Rabu Pungkasan” dilaksanakan tanpa acara Kirab Air Salamun dengan lantunan Burdah. Air yang berasal dari sumur peninggalan Sunan Kudus ini dipercaya memiliki khasiat penyembuhan. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena pandemi pula, ritual “Rabu Pungkasan” di Kudus dilakukan dengan mendistribusikan Air Salamun ke rumah-rumah warga.
Di Probolinggo, ritual “Rabu Pungkasan” dimulai selepas salat isya, dengan pembacaan salawat Burdah dan doa yang dipimpin pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam Kiai Mukhlas. Semoga balak bencana dan penyakit, seperti Covid-19, segera ditarik oleh Allah SWT,” ujar kata Kiai Mukhlas seperti dikutip detikcom.
Kiai Mukhlas menjelaskan, dalam sejarah Islam, bulan Safar merupakan bulan yang banyak diturunkan azab dari sang pencipta seperti bencana alam atau wabah karena manusia banyak melakukan dosa. Karena itu, pada Rabu terakhir bulan Safar, umat Islam dianjurkan banyak-banyak berdoa agar bencana-bencana tersebut terangkat dari Bumi dan manusia diberi keselamatan dan dihindarkan dari bencana.
Pondok Pesantren Nurul Islam merupakan salah satu pesantren yang saban tahun rutin menggelar ritual “Rabu Pungkasan”. “Ritual tradisi Rabu pungkasan selalu rutin digelar. Harapannya diberi keselamatan dan dihindarkan dari bencana. Pungkasan adalah pamungkas, dan kami harap penyakit Corona segera ditarik, agar kehidupan di Indonesia dan di dunia segera normal,” kata Wahidatul Imamah, salah satu santri Pesantren Nurul Islam.
Seperti di Probolinggo, warga Desa Jepang Kecamatan Mejobo, Kudus, setiap tahun juga menggelar ritual “Rebo Wekasan”. Namun, karena masih pandemi, tradisi “Rebo Wekasan” tahun ini dilaksanakan tanpa acara Kirab Air Salamun.
Koordinator Pembagian Air Salamun, Muhammad Ridwan, mengatakan Air Salamun ini dipercaya memiliki sejumlah khasiat. Salah satunya dipercaya untuk menolak bala.
“Para ulama setiap bulan Safar ada hari Allah menurunkan 313 ribu bala dan ahli khasaq mempelajari bagaimana menolak bala dengan membuat air salaman. Di antaranya itu dibacakan dengan ayat-ayat al-Quran dan insya allah menjadi tolak bala warga sekitar,” kata Ridwan.
Biasanya, menurut Ridwan, tradisi “Rebo Wekasan” digelar secara meriah. Sepekan sebelum hari pelaksanakan sudah digelar berbagai macam acara. Namun, karena tahun ini ada pendemi, acara digelar secara sederhana, tanpa kirab Air Salamun. Sebagai gantinya, dibagikan Air Salamun sebanyak 4.000 bungkus kepada warga desa.
Semoga Corona segera berlalu….