Historitas Imlek tidak terlepas dari perjuangan KH Abdurrahman Wahid agar masyarakat Tionghoa dapat merayakan hari raya mereka secara terbuka. KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur membuka pintu pluralitas yang selama ini selalu ditindas oleh prinsip-prinsip diskriminasi. Gus Dur meyakini bahwa semua warga negara berhak untuk menjalankan spiritualitas mereka masing-masing tanpa adanya paksaan ataupun hambatan dari pihak manapun.
Prinsip prluralitas yang dibangun Gus Dur ini sebenarnya sudah dilakukan oleh para pendakwah zaman dulu. Di mana, hubungan Islam-Tionghoa sangat kental terkait nuansa dakwah yang dilakukan keduanya. Tokoh dari Tionghoa, misalnya, ada Laksamana Cheng Hoo yang dikenal sebagai penjelajah laut dan samudera terbesar dalam sejarah, yang menyebarkan agama Islam dengan cara yang damai.
Laksamana Cheng Hoo tetap menghormati hak dan kewajiban warga yang tidak memeluk agama Islam. Bahkan lebih dari itu, Laksamana Cheng Hoo memberi teladan moral yang memunculkan daya tarik tersendiri bagi penduduk sekitar. Pada akhirnya sikap itulah yang membuat penduduk tertarik untuk memeluk Islam. Pluralisme membuat segala sesuatunya menjadi lebih indah.
Perjuangan tokoh-tokoh pluralis untuk menyemarakkan semangat keagamaan semua umat itu membuahkan hasil yang manis. Terlihat beberapa arsitektur masjid mempunyai corak Islam-Tionghoa. Misalnya, Masjid Agung Palembang yang memiliki corak atap mirip klenteng. Kemudian ada Masjid Cheng Hoo yang memiliki bentuk arsitektur yang kental dengan adat China. Akulturasi budaya yang ditampilkan oleh beeberapa rumah ibadah membuktikan kerukunan agama yang ada di dalamnya.
Kemudian, dari etnis Tionghoa juga melakukan hal yang sama dengan menggelar acara buka puasa bersama di beberapa klenteng untuk menyemarakan Ramadhan. Terdapat beberapa klenteng yang ikut memeriahkan suasana Ramadhan. Klenteng Hok Swie Bio, Bojonegoro, Jawa Timur menjadi salah satu klenteng yang menggelar acara buka bersama untuk ikut meramaikan suasana Ramadhan.
Ikatan persaudaraan mereka menjadi satu entitas penting bahwa Indonesia adalah bangsa yang satu, di mana kesemuanya dipersatukan oleh adat, toleransi, sehingga perbedaan adat, budaya, maupun agama tidak menjadikan sebagai halangan untuk menjalin kebajikan bersama. Momentum Imlek adalah bagian kecil tentang bagaimana antar umat beragama menjalin toleransi dan persaudaraan.