Sering terpikir bahwa setiap bahasa mempunyai nyawa di luar dirinya. Ia dikendalikan oleh penutur. Ia berada di ruang universal. Namun, kebanyakan dari kita masih sering memperkosa bahasa. Menyeret ke mana pun sesuai dengan keinginan penutur. Inilah yang kemudian mengilhami sosok Holy Adib untuk turun ke medan pertempuran bahasa yang cukup lentur ini.
Dalam buku Pendekar Bahasa, Holy Adib (selanjutnya ditulis HA) menyindir para pengguna bahasa Indonesia, lebih-lebih wartawan dan akademisi yang hidupnya dihibahkan untuk bahasa. Tapi, pada nyatanya masih menggunakan bahasa Indonesia serampangan. HA menggunakan diksi Pendekar Bahasa pada judul buku tersebut tidak lain merupakan inspirasi dari istilah yang dipakai Harimurti Kridalaksana untuk memberikan julukan terhadap orang-orang yang konsisten terhadap bahasa Indonesia, meskipun bukan anak bahasa dan kawan-kawannya.
Kumpulan esai bahasa yang ditulis HA cukup memberikan ruang diskusi di Tanah Air. Pasalnya, karena semangat menelurusi bahasa Indonesia, pencarian padanan kata, penyaduran dari bahasa Inggris dan bahasa lain, juga yang tidak kalah penting, bagaimana HA hadir dengan gagah berani mengkritik setiap pengguna bahasa Indonesia yang tidak teratur atau yang melecehkan bahasa Indonesia.
Julukan yang disematkan terhadap orang yang berjasa di setiap zaman, cukup sering kita dengar dan saksikan, baik dengan sebutan “pahlawan”, “pendekar”, “ksatria”, dan semacamnya. Istilah “pendekar bahasa” sendiri dalam buku HA lumayan berkesan seperti pahlawan, pakar, dan orang yang cukup bergelut setiap saat dengan tata bahasa. HA mengutip Harimurti Kridalaksana, begini: “Pendekar bahasa merupakan sarjana dalam bidang di luar ilmu bahasa (Indonesia), antara lain, Prof Johanes, Prof Like Wilardjo, Hadyana Pudjaatmaka, Prof Mien Rivai, dan M M Purbo-Hadiwidjoyo.” (hlm. 4).
Nama-nama di atas, dianggap sebagai orang yang sangat peduli dengan bahasa Indonesia, meskipun tidak berangkat dari ilmu bahasa. Mungkin, hari ini kita menjumpai Ivan Lanin, yang digadang-gadang sebagai pendekar bahasa. Iya, mungin karena hampir setiap hari konten yang ditampilkan di media berkenaan dengan bahasa Indonesia. Di sini, HA tidak menjelaskan definisi final tentang “pendekar bahasa”. Ia hanya membahas kiprah sang pendekar bahasa.