Tradisi unik penerimaan santri baru di Pesantren Tremas, Pacitan, Jawa Timur terus dipertahankan. Tidak tidur siang malam selama sepekan, atau tiga tahun tak pulang kampung, adalah di antara tradisi unik itu. Tradisi unik itu biasanya dijalankan saat masa penerimaan santri baru, seperti yang terjadi sehabis Lebaran lalu.
Bagi santri baru, berlaku “aturan” tidak tidur siang dan malam selama sepakan pertama mereka mondok. Seperti tirakatan. Terlihat sepele memang, hanya tidak tidur. Tapi kalau “aturan” itu berlaku siang dan malam dan selama sepakan, pasti dirasa berat dan banyak godaan. Nah, agar para santri baru ini sukses menjalani tirakatan tersebut, biasanya santri datang membantu. Salah satunya dengan cara mengajak jalan-jalan para santri baru tersebut keluar dari pesan, keliling desa-desa di sekitar.
“Dicari dalilnya dalam kitab pun juga tidak ada. Namun, bila kita cermati lebih jauh, tradisi ini merupakan suatu tes mental yang amat dalam maknanya, untuk menguji sejauh mana kesungguhan dan ketekunan santri baru dalam menuntut ilmu di Tremas,” jelas salah seorang pengurus Pesantren Tremas, Ustadz Jahrudin, seperti dikutip dari NU Online.
Menurutnya, jika santri baru berhasil menjalani tradisi ini, maka akan merupakan pertanda baik bagi keberlangsungan belajar mereka di Pesantren Tremas. “Biasanya santri baru akan segera betah dan kerasan tinggal di pesantren kalau sudah lulus ujian mental yang pertama ini,” tambahnya.
Ziarah Tanpa Putus
Tradisi unik lainnya yang ada di pesantren yang didirikan oleh KH Abdul Manan Dipomenggolo pada tahun 1830 M ini ziarah ke makam masyayikh (sesepuh) pesantren selama 41 hari berturut-turut tanpa putus. Tiap santri baru diwajibkan ziarah ke makam para sesepuh pada pagi dan sore hari selama 41 hari. Tempat ziarah adalah makam Gunung Lembu yang terletak sekitar 350 meter barat daya dari komplek pesantren Tremas. Ada juga makam Semanten yang terletak di sebuah bukit di Desa Semanten di pinggiran Kota Pacitan.