Napak Tilas Hari Puisi Nasional

66 views

Setiap tanggal 28 April, Indonesia memperingati Hari Puisi Nasional. Hari bersejarah ini juga sekaligus untuk mengenang wafatnya penyair legendaris Chairil Anwar sebagai Angkatan 45. Ia mengusung sebuah aliran seni dan budaya dengan sebutan ekspresionisme.

Ekspresionisme merupakan suatu aliran seni yang menghendaki kedekatan pada sumber asal pikiran dan keinsyafan. Ide cemerlang Chairil Anwar tersebut bermula dari kegelisahannya terhadap kesusasteraan Indonesia yang cenderung mendayu-dayu karena pengaruh aliran seni di bawah kekuasaan Jepang. Aliran ini dianggap tidak membebaskan para penyair Indonesia dalam pemikiran tentang kesenian dan budaya.

Advertisements

Selanjutnya, aliran ekspresionisme yang diangkat oleh Angkatan 45 ini memberi angin segar kepada generasi baru Indonesia —meski hal itu ditentang oleh Armyn Pane dan Sutan Takdir Alisyahbana, yang berpendapat bahwa Angkatan 45 bukan angkatan tersendiri melainkan lanjutan angkatan sebelumnya, yakni Angkatan Pujangga Baru—karena ia mempunyai beberapa ciri yang dianggap sangat cocok untuk mereka, seperti; penghematan bahasa, kebebasan pribadi, individualisme, berpikir kritis dan dinamis. Bentuk irama pada sajaknya jauh dari pantun, syair, sonata, atau sajak bebas dari Angkatan Pujangga Baru.

Angkatan 45 (atau juga disebut Angkatan Kemerdekaan) ini, disebutkan pertama kali oleh Rosihan Anwar pada 9 Januari 1949. Tetapi, menurut Abdul Hadi MW, Chairil Anwar sendiri yang menuliskan penamaan Angkatan 45. Dalam hal ini, sahabat Chairil Anwar, yaitu HB Jassin, pernah menerbitkan biografi tentang Chairil Anwar yang berjudul Chairil Anwar: Pelopor Angkatan 45  dalam rangka menghormati sahabatnya tersebut.

Di dalam penulisan karya Angkatan 45 yang mulai ditulis dengan bahasa Indonesia ini terdapat pengaruh politik yang kuat karena mendekati perjuangan memperebutkan kemerdekaan Indonesia, yaitu pada tahun 1945.

Sebenarnya, aliran ekspresionisme mendapat pengaruh dari penyair-penyair Belanda angkatan sesudah Perang Dunia I seperti Marsman, Du Perron, dan Ter Braak. Beberapa tokoh penyair lainnya yang mendukung aliran ini, menurut HB Jassin, di antaranya yaitu Asrul Sani, Rivai Apin, Usmar Ismail, Idrus, Ida Nasution, Utuy Thtang Sontani, Balfas, JE Tutenfkeng, dan Pramoedya Ananta Toer. Hal ini merupakan suatu terobosan baru karena aliran sebelumnya dianggap sudah tidak relevan lagi dengan zamannya saat itu.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan