Nasib Santri Kikir

151 views

Ada banyak kisah yang lahir dari bilik-bilik pondok. Kisah ini dapat dijadikan pelajaran (ibrah), cerminan kehidupan agar kita dapat mengambil hikmah dari kisah ini. Dari balik bilik pondok seringkali ada kisah yang sulit untuk diabaikan begitu saja. Terkadang karena memang kisah yang mengharukan, menggelikan, atau bahkan kisah yang mendebarkan. Dari kisah-kisah ini kita dapat bernostalgia dengan kondisi pondok di masa lampau.

Kisah kali ini juga bisa dijadikan pelajaran. Sebut saja namanya Marzuki (bukan nama sebenarnya). Ia mondok di Pesantren Annuqayah, Sumenep, Madura, Jawa Timur. Sebagai santri seharusnya kita saling memberi. Ketika kita punya jajan (gu’ganggu’) mestinya kita berbagi. Dengan demikian akan terjalin rasa kebersamaan dan persaudaraan. Saling membantu seharusnya menjadi karakter dan kepribadian santri.

Advertisements

Tidak dengan Marzuki. Ia terkenal sebagai santri yang pelit, kikir, lokek, meddit, kedekut (Madura, celkong), dan entah apa lagi sebutannya. Setiap kali ia punya jajan (gu’ganggu’, kiriman dari rumah) tidak pernah dibagi untuk teman-teman sekitar pondoknya. Ketika Marzuki mau makan, tidak pernah sekalipun untuk menawarkan kepada kawan sesame santri. Hal itu telah dimafhum, diketahui oleh banyak santri, termasuk juga para santri senior.

Kemudian, beberapa santri bersepakat, jika suatu saat Marzuki menawarkan makan bareng, mereka akan menyerbu menu makanan Marzuki tersebut. Hal ini mereka lakukan untuk memberikan pelajaran kepadanya agar sebagai manusia, khususnya santri, jangan sampai memiliki sifat kikir (cerre’, Madura).

Dan benar saja. Pada suatu ketika, setelah Marzuki memasak dan mau makan, entah disengaja atau kebetulan belaka, ia menawarkan untuk makan bersama. Padahal tidak biasanya ia lakukan itu. Biasanya ia langaung makan dan tidak peduli dengan teman-teman di sekitarnya. Berbeda dengan saat itu.

“Teman-teman, mari makan semuanya,” demikian ia menawarkan pada saat itu.

Tanpa ba-bi-bu lagi, sebagaimana yang telah dirancang, sekian banyak santri menyerbu masakan Marzuki. Semula Marzuki mengira itu hanya gurauan. Akan tetapi, kenyataannya, makanan yang hanya cukup untuknya dan sekali makan berikutnya, dalam sekejap ludes dan habis. Hal itu tentu saja membuatnya menderita. Perasaannya begitu entah. Sangat tidak menentu dan tidak tahu perasaan apa lagi. Sesenggukan ia menangis melihat kenyataan tersebut.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

One Reply to “Nasib Santri Kikir”

Tinggalkan Balasan