Tanggal 27 Februari, bertepatan dengan tanggal 16 Rajab 1442 H yang lalu, Nahdlatul Ulama (NU) baru saja merayakan hari uang tahunnya yang ke-98 versi kalender Hijriyah. Perayaan yanag diselenggarakan di Masjid Istiqlal Jakarta tersebut dihadiri Presiden RI Joko Widodo secara virtual. Dalam sambutannya, Presiden menyatakan bahwa Puncak Harlah NU merupakan momentum memperkuat ukhuwah; baik ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathiniyah, maupun ukhuwah basyariyah. Selain itu, Presiden juga menyampaikan terima kasih kepada NU atas peran aktifnya dalam menanggulangi wabah Covid-19. Preiden juga berharap agar NU turut membantu Pemerintah mensukseskan program vaksinasi.
Selain soal kesehatan dan ekonomi, agenda penting ke depan adalah meningkatkan peran aktif NU dalam upaya membangun perdamaian dunia melalui penyebaran paham keislaman yang moderat, toleran, dan inklusif ke seluruh pelosok dunia.
Dalam konteks kekinian, agenda ini penting dilakukan, bukan saja untuk meningkatkan eksistensi NU di mata dunia, tetapi juga untuk menunjukkan wajah Islam yang damai di mata dunia. Selama ini muncul asumsi dan citra negatif terhadap Islam di kalangan masyarakat Barat. Islam diasumsikan sebagai agama yang suka konflik, kekerasan, dan intoleran. Asumsi ini muncul kerena wajah dunia Islam saat ini diwarnaai dengan konflik, kekerasan, dan sikap intoleran.
Keterlibatan NU dalam menjaga perdamaiana dunia, terutama dunia Islam, sebenarnya sudah dimulai sejak lama. Rijal Mumazziq dalam artikelnya di NU online edisi 1 Agustus 2017 menulis, tahun 1965 NU, melalui KH Ahmad Sjaichu, menjadi motor pelaksanaan Konferensi Islam Asia-Afrika (KIAA) dan mengantarkan KH Wahib Wahab menjadi Sekjen Organisasi Islam Asia-Afrika. Selanjutnya, NU menyelenggarakan berbagai event internasional untuk menyuarakan perdamaian.
Di era Gus Dur, NU terlibat aktif dalam pendirian Indonesia Conferense on Religion and Peace (ICRP). Pada era KH Hasyim Muzadi, NU menginisiasi pelaksanaan International Conferense of Islamic Scholars (ICIS). Event ini dilaksanakan bekerja sama dengan Kementrian Luar Negeri dan Pengurus Cabang Istimewa NU yang ada di luar negeri. Agenda menyebarkan spirit perdamaian melalui pendekatan Islam terus dilanjutkan pada periode kepemimpinan KH Said Aqil Siradj dengan menyelenggarakan event International Summit of Moderate Islamic Leader (ISOMIL).