ODE KEPADA AYAH
Di hadapan ayah
Aku mengerti betapa kejamnya hidup
Seperti binatang buas
Yang memangsa buruannya.
Aku selalu takluk
Melihat gudang di mata ayah
Banyak bekas-bekas kertas kepedihan
Dan rongsokan sepeda ontel
Waktu anaknya menangis meminta dibelikannya.
Sejak aku kuliah
Episode kepedihan ayah terus merajam
Utang sana-kemari
Tak peduli meski ada yang membuli
Hingga malam-malamnya
Yang kudengar hanyalah batuk doa
Hanya demi anak sampah yang ia pelihara.
Sumenep, Januari 2023.
JUNIAR
Mana yang lebih asin antara laut
Dan air matamu.
Sementara episode-episode perjumpaan itu
ombak saling berkejaran
Seperti ingin bermukim ke kolam matamu.
Injak telapak kakimu
Dikikis dan diteguk bibir pasir
Hingga tak kudapati jejak rindumu
Yang aku buntuti dari belakang.
Ya, kau Juniar
Tiada ujung pandang ini
Manakala kepiluan senja hari itu
Juga ingin tenggelam di matamu
Menjemput gelap harap di ubun-ubun langit
Berdetak kedalaman jantungku
Ikan-ikan menzikirkan namamu.
Sumenep, Januari 2023.
KAMI RAKYAT JELATA
Kami rakyat jelata
Seperti sekumpul semut
Sedang berbaris menopang harga nasi
Kami membawanya pontang-panting
Ke lubang rumah yang tak lagi ramah.
“Melawan kaum penindas”
Ucap mereka nyaring di keramaian
Tapi bungkam di kota paling diam.
Lantas
Ada yang menutup pintu langit
Tamu kemiskinan yang bertandang
Dibiarkan mati kelaparan.
Makna apa ucap mereka begitu keras
di gendang rakyat
Sedang aparat tidur pulas
Telinganya tertutup uang kapas.
Sumenep, Januari 2023.
sumber ilustrasi: sumsel nian