Pelajaran dari Cak Nun Kesambet

506 views

Seorang Cak Nun atau Emha Ainun Nadjib kesambet? Sampai saat menulis artikel ini, saya masih tak percaya seorang Cak Nun bisa kesambet. Apa sebab?

Kira-kira begini penjelasannya. Kesambet, dalam khazanah Jawa atau tradisi santri, merujuk pada peristiwa di mana seseorang kerasukan roh atau makhluk halus. Ia bisa berupa jin, setan, atau genderuwo. Artinya, yang merasuk ke dalam diri seseorang yang kesambet itu hampir bisa dipastikan adalah kekuatan-kekuatan jahat. Hingga, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan kesambet sebagai sakit dan mendadak pingsan karena gangguan roh jahat (orang halus, hantu).

Advertisements

Kenapa seseorang bisa kesambet? Kemungkinan pertama, seseorang memang dengan sengaja mengundang datangnya roh jahat untuk merasuk ke dalam dirinya dengan tujuan tertentu. Misalnya agar ndadi atau trance dalam tradisi kesenian jarang kepang. Kemungkinan lain, kondisi kejiwaan seseorang sedang berada pada fase labil, galau, gelisah, “halu”, murung, atau kosong sehingga memudahkan roh jahat untuk merasuk ke dalam dirinya.

Roh jahat atau makhluk halus nyaris mustahil bisa merasuk atau menyambet seseorang dengan jiwa yang bahagia, teguh keyakinan, hati tulus nan bersih, dan penuh ketenangan dan kedamaian karena telah menyatu dengan Tuhan, yang dalam dunia sufi atau tasawuf dikenal dengan istilah nafsul muthmainnah, jiwa-jiwa yang tenang dan damai.

Seorang Emha Ainun Nadjib, dengan perjalanan panjangnya yang dikenal sebagai seorang budayawan, penyair, seniman, dan ulama “kelas tinggi” dengan jumlah jamaah yang begitu banyak dalam pengajian Majelis Maiyah, rasanya musykil untuk kesambet karena telah berada pada level nafsul muthmainnah. Tapi apa lacur, Cak Nun sendiri yang mengaku telah kesambet, dan saya belum bisa mempercayainya. Sebab, orang setingkat wali tidak mungkin kesurupan, kerasukan, atau kesambet.

Karena itu saya lebih memilih mengabaikan perihal apakah Cak Nun benar-benar kesambet atau bagaimana. Saya akan fokus untuk mengkritisi apa yang diucapkan Cak Nun di momen itu karena dua alasan, yaitu posisinya yang memiliki pengaruh luas dan dampak dari apa yang diucapkannya di ranah publik.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan