Penembak Hari

20 views

Hari ini digelar syukuran oleh Kombes Hari, karena ia mendapatkan melati di pundaknya bertambah satu. Sekaligus purnatugas di Detasemen Antiteror. Hari-hari sebelumnya, waktu masih aktif menjadi anggota Detasemen Antiteror, profesinya itu sangat dirahasiakan. Sekarang Heri sudah purnatugas dari detasemen tersebut. Profesinya yang dulu dirahasiakan, kini boleh diceritakan kepada siapa saja. Lencana-lencana penghargaannya dari Detasemen Antiteror yang dulu disimpan rapat dalam lemari terkunci, kini sudah dikeluarkan.

“Pantes cepat sekali kenaikan pangkat Pak Heri. Suami saya polantas, sekarang masih Ipda. Pak Heri, sudah Kombespol.”

Advertisements

“Bapak bisa jadi petembak hebat, bagaimana caranya?”

“Awal bisa masuk Kepolisian bagaimana?”

“Ceritakan Pak Heri, tentang pengalaman Anda pertama ketemu teroris?”

Semua pertanyaan-pertanyaan tetangganya itu dijawab Heri dengan sangat enteng, karena saking bangganya dia terhadap profesinya.

Memang kemampuan menembak Heri tidak diragukan lagi. Dalam sekali angkat senjata senapan ruduk AWM-nya, jika musuh sudah masuk jangkauan teleskopnya, pasti nyawanya melayang.

***

Hobinya bermain tembak-tembakan dulu kini membawa Heri menjadi petembak anggota jitu di tim elite Detasemen Antiteror. Dulu, ketika masih TK, Heri suka melihat Lucky Luck, film koboi yang bisa menembak lebih cepat dari banyangannya. Karena sering melihat itu, Heri terobsesi menjadi koboi. Heri ingin dibelikan senapan air. Sejak saat itu, ia suka sekali main tembak-tembakan bersama teman-temannya. Kadang temannya juga jengkel, sebab Heri selalu mengajak bermain tembak-tembakan padahal sudah tidak musim main tembak-tembakan.

Di waktu menginjak remaja, Heri pernah menjumpai pemburu burung masuk ke pekarangan rumahnya. Pemburu itu membawa burung tekukur, kutilang, dan cendet di tanggannya, sambil menggendong senapan angin lengkap dengan teleskop.

Kejadian itu mengispirasinya untuk membeli senapan angin. Sewaktu pulang ke rumahnya, Heri ngotot minta dibelikan senapan angin. Orang tuanya mengetahui bahwa bermain senapan itu berbahaya. Mereka menasihati Heri untuk meminta yang lain. Tapi Heri tetap ngotot, sampai-sampai berani melawan orang tuanya.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan