Dalam sejarahnya, Islam memiliki peran penting dalam proses pembentukan identitas dan budaya bangsa-bangsa secara global. Terutama, pada abad pertengahan di mana tradisi intelektual Islam mendorong tumbuh kembangnya ilmu pengetahuan dunia. Proses integrasi agama (Islam) dan budaya itu masih terus terjadi di berbagai belahan dunia, yang belum bisa diramalkan seperti apa akhirnya.
Islam dan Budaya Arab
Agama Islam, yang berawal dari Jazirah Arab, dianggap sebagai sebuah ketetapan dari Tuhan dan merupakan struktur kelembagaan penting dalam melengkapi sistem sosial yang ada ketika itu. Agama Islam diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, agar disampaikan kepada seluruh umat manusia dan menjadi petunjuk kebenaran bagi umat manusia sampai akhir masa.
Rasulullah SAW adalah orang Arab, yang hidup dalam kebudayaan Arab. Oleh karena itu, Nabi Muhammad juga berbicara dalam berbahasa Arab dan berpakaian menurut model pakaian masyarakat Arab ketika itu. Bagi umat Islam Arab, kebudayaan atau peradaban Islam berkembang dalam bentuk kebudayaan atau peradaban Islam Arab. Dalam konteks ini, budaya memainkan peran yang signifikan dalam membentuk identitas keagamaan atau keislaman. Keduanya merupakan aspek primordial yang melekat pada komunitas dan individu, serta saling mempengaruhi satu sama lain. Budaya dapat mempengaruhi pandangan agama, dan sebaliknya, agama dapat mempengaruhi budaya.
Islam sendiri, menurut bahasa, berasal dari kata aslamayang berarti tuduk, patuh, dan berpasrah diri. Karena itu, terdapat penafsiran bahwa Islam adalah agama wahyu yang diturunkan Allah SWT, disampaikan kepada rasul-rasul untuk disampaikan kepada umat manusia. Islam berisi ajaran-ajaran Allah yang mengatur hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam.
Islam dalam pengertian tersebut adalah agama yang dibawa oleh para rasul Allah, sejak Nabi Adam AS sampai nabi Muhammad SAW. Dengan demikian, agama Islam di setiap zaman mengajarkan akidah yang sama, yaitu tauhid atau mengesakan Allah SWT. Letak perbedaan ajaran di antara wahyu yang diterima setiap nabi pada syariat yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kecerdasan umat pada saat itu. Dan, Islam diturunkan kepada Nabi Muhammad yang sudah sempurna dan senantiasa sesuai dengan tingkat perkembangan manusia sejak masa diturunkannya empat belas abad yang lalu hingga akhir peradaban manusia, hari kiamat kelak.
Islam dan Budaya Global
Ajaran Islam dalam bidang ilmu dan kebudayaan bersikap terbuka, akomodatif tetapi juga selektif. Dari satu segi, Islam terbuka dan akomodatif untuk menerima berbagai masukan dari luar. Namun, bersamaan dengan itu, Islam juga selektif. Ia tidak begitu saja menerima seluruh jenis ilmu dan kebudayaan, melainkan ilmu dan kebudayaan yang sejalan dengan ajarannya.
Perbedaan yang lahir dari kekhususan kelompok masyarakat atau bangsa, dalam ajaran Islam, tidak dianggap penyimpangan atau bertentangan sepanjang tetap mencerminkan nilai-nilai ajarannya, seperti perbedaan bahasa komunikasi, model pakaian, dan lain-lain. Oleh karena itu, kebudayaan atau peradaban Islam boleh beragam, berkembang, dan berubah-ubah, tetapi syariat Islam hanyalah satu dan tetap, sehingga dimana dan kapanpun umat Islam hidup, syariatnya tetap sama.
Perkembangan kebudayaan Islam yang paling menonjol dalam sejarah umat Islam adalah tradisi intelektual Islam. Sejak abad pertama perkembangan Islam, telah lahir ilmuwan-ilmuwan muslim yang melahirkan sistem berpikir atau metode berijtihad dalam disiplin ilmu tertentu yang dikenal dengan istilah mazhab. Di antara para ilmuwan muslim tersebut adalah Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafii, dan Imam Hambali dalam disiplin ilmu fikih. Tercatatjuga KK Muhammed, ilmuwan arkeolog dan antropolog; Ibnu Sina dan al-Farabi, ilmuwan-filsuf; Jabir bin Hayyan, ilmuwan kimia; Hisyam al Kalbi, ilmu geografi dan astronomi; Al-Ghazali, Jalaluddin Rumi, Ibn Arabi, dan Rabi’ah al-Adawiyah di bidang tasawuf; al-Khawarizmi, Abu Wafa al-Buzjani, Omar Khayyam, dan al-Biruni di bidang matematika.
Warisan Budaya Islam
Dalam peradaban Islam, institusi dan pusat-pusat ilmiah menjadi perhatian luar biasa. Peninggalan budaya yang sangat berharga dari abad ke abad tersebut mencerminkan kecemerlangan peradaban Islam. Pusat-pusat agama dan sosial seperti masjid, sekolah, akademi, perpustakaan, dan baitul hikmah berdiri kukuh di tengah masyarakat, bahkan menjadi simbol perdamaian dan kemajuan.
Karena peradaban tinggi Islam itu, akademi-akademi dan perpustakaan berkembang cepat. Masjid menurut peradaban Islam dapat disebut sebagai pusat sosial agama bagi umat Islam. Rasulullah SAW membangun masjid pertama di Kota Madinah dengan tujuan mencerahkan umat dan mengenalkan risalah ilahiah. Untuk pertama kalinya masjid dibangun di Madinah untuk pusat kegiatan pendidikan, pencerahan, pengadilan, dan pemerintahan untuk urusan politik, militer, dan budaya.
Banyak sekali peninggalan peradaban Islam di dunia, seperti Taj Mahal di India, Masjid Agung Cordoba di Spanyol, Masjid Biru-Istanbul di Turki, Kubah Batu-Yerusalem, dan lain senagainya. Selain peninggalan bangunan, Islam juga mempunyai peninggalan lainnya dalam bidang kesenian, seperti, tarian serimpi, seni kaligrafi, seni musik dan pertunjukan, seni ukir, dan ornamen islami.
Dengan demikian, Islam merupakan agama yang universal sehingga budaya lokal/daerah pun dapat menerima dengan baik ajarannya. Akulturasi budaya dan agama Islam mencakup upaya memadukan nilai-nilai budaya lokal dengan prinsip-prinsip agama Islam dan dapat menjadi sarana untuk memperkuat toleransi dan perdamaian antarbudaya. Proses integrasi agama dan budaya Islam meliputi upaya memahami dan menghargai nilai-nilai budaya lokal, mengintegrasikannya dengan prinsip-prinsip agama Islam.
Dalam proses yang demikian sudah barang tentu terjadi perpaduan yang harmonis dan saling menguntungkan antara budaya-budaya lain dan agama Islam. Konsep integrasi ini juga mencerminkan upaya memperbanyak dan memperkuat identitas keislaman dalam konteks budaya. Dalam proses integrasi budaya dan agama Islam ini penting untuk mengembangkan pemahaman yang komprehensif tentang budaya-budaya lokal dengan ajaran agama. Hal ini memungkinkan kita untuk mengenali perbedaan, persamaan, dan kesamaan antara kedua entitas tersebut. Proses integrasi ini juga menuntut kemampuan mempertimbangkan dan mengintegrasikan unsur budaya lokal dan ajaran agama Islam secara kreatif dan bijak, dan hal seperti ini akan terus berlangsung secara dinamis seperti pada abad-abad sebelumnya, namun tak bisa diramalkan akan seperti apa kesudahannya.