PERJALANAN MENUJU TUA
Kau merayu mimpi bersama kepalamu yang berisik
memupuk harap yang kau tanam dalam-dalam
legam bahumu yang kian membungkuk
menyuratkan kabar dari kota tua
lamat-lamat kau tatap cermin kehidupan
lalu basah pipimu merobek dada
sorot matamu mengisahkan tanah kering dari seberang
ketika masa telah kau lahap tanpa menimbang,
kemudian domba-domba pak tua pulang ke kandang
apa yang kau serap dari setiap tetes air hujan?
senja yang tanpa warna jingga
atau pagi yang tanpa kilau surya?
Yogyakarta,2022.
TAPAK TILAS
Aku telah sempurna membawamu pada semisal yang ada
menunggui setiap petang dengan para pelukis senja
menyusuri samudera gila pada rintik ujung Selasa
;yang lalu terjatuh pada palung terdalam kedewasaan
menyelami setiap bait kisah yang hampir selesai sebelum dimulai
keangkuhanmu pada malam-malam yang gulita
;menjadikan kerangkeng keabadianku tanpa engkau
tengoklah barang sekedipan mata,
jalan-jalan pematang yang memisahkan rumpun sawah kita
telah hilang penuh dipeluk ilalang panjang
;yang di sepanjangnya kita rajut kasih yang terkisah
Yogyakarta,2022.
TERUNTUK RIN (2)
Rin,
aku menegak racun waktu setiap purnama pada pentas Kijang Kencana
kerongkongan tercekat antara pedih dan rindu-rindu
duri-duri halus puisimu menghempas derap gelombang temu
menghujam diantara remahan senyummu yang abu-abu
duhai manisku,
sebentar lagi aku akan bernyanyi
diantara mendung dan pelangi
Sudah kubilang, Rin
;tiada musim yang layu akan senyumanmu
kepala bisingku selalu sepi tanpa sapamu yang anggun
bolehkah kupotong langit Cape Town-Jogja?
sekejap saja, barang sepertiga kecupanmu yang meradang
Yogyakarta,2022.
TERUNTUK DU (2)