Potret Pesantren Mandiri (6): At Tahdzib Jombang

248 views

At Tahdzib adalah cerita tentang pondok pesantren mandiri dalam pengertiannya yang utuh. Ia sudah mandiri sejak dari proses perintisannya hingga perkembangannya. Bahkan, dengan berbagai model pembelajaran praktis, Pesantren At Tahdzib mampu menyiapkan para santrinya hidup mandiri setelah lulus keluar dari pondok.

Itulah salah satu dasar Kementerian Agama menetapkannya sebagai salah satu dari sembilan percontohan pesantren mandiri.

Advertisements

Pondok Pesantren At Tahdzib dirintis oleh Hadratus Syaikh Romo KH Ihsan Mahin. Mula-mula pesantren ini didirikan di Desa Payak Mundil, Kecamatan Ngoro Kabupaten, Jombang, Jawa Timur pada 1958. Namun, pada 1960, ke Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, Jombang hingga kini.

KH Ihsan Mahin sendiri berasal dari Wonogiri, Jawa Tengah. Namun, ia menghabiskan masa mudanya di berbagai pondok pesantren, termasuk di Jawa Timur. Misalnya, KH Ihsan Mahin pernah mondok Pesantren Sidosremo Surabaya yang diasuh Hadratus Syaikh Romo KH Mas Muhajir selama 17 tahun. Selain itu, KH Ihsan Mahin di satu pondok pesantren di Jember, Pondok Pesantren Kertosono, lalu di Pondok Pesantren Termas Pacitan.

Setelah beberapa lama membantu mengajar di pondok pesantren di Blitar, KH Ihsan Mahin mulai menetap di daerah Ngoro, Jombang. Di Ngoro, KH Ihsan Mahin dikenal sebagai sosok yang menguasai bidang agama, sabar, banyak tirakat, seperti menempa diri dengan puasa, zikir, dan tafakur. Itulah yang kemudian mendorong para pemuda desa setempat untuk menimba ilmu kepada KH Ihsan Mahin di rumah nya.

Seiring berjalannya waktu, nama KH Ihsan Mahin tak hanya dikenal di daerah Jawa Timur, tapi juga di daerah Jawa Tengah. Karena itu, santri pun mulai berdatangan dari Jawa Tengah dan jumlahnya semakin banyak. Para santri akhirnya meminta agar KH Ihsan Mahin membangun pondok pesantren.

Pondok pun mulai dibangun dengan dibantu masyarakat setempat. Bukan hanya tenaga, masyarakat juga membantu berbagai bahan material. Bahkan, keluarga besar KH Ihsan Mahin dan masyarakat harus hidup prihatin selama 40 hari karena hampir semua sumber daya digunakan untuk pembangunan pondok. Namun, pada 1960, dengan cara yang sama, Pondok Pesantren At Tahdzib itu dipindahkan ke Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, Jombang.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan