Profiling Penulis duniasantri.co

135 views

Setelah Siva Rasthavania Putri tercatat sebagai pemilik akun ke-1000 sebagai penulis/kontributor pada 3 Juni 2022, hingga kini penulis/kontributor duniasantri.co  terus (dan akan terus) bertambah.

Seperti ditulis sebelumnya, jumlah penulis/kontributor yang telah menembus angka seribu ketika usia duniasantri.co belum genap tiga tahun itu merupakan pencapaian yang luar biasa. Hal itu menunjukkan bahwa animo kaum santri begitu tinggi dalam dunia literasi.

Advertisements

Juga, di saat yang sama, kalangan santri terbilang sangat produktif dan kreatif dalam bidang kepenulisan. Terbukti, dalam kurun tiga tahun kurang dua bulan ini mereka telah menghasilkan 2.466 tulisan yang dirilis dari total 3.979 naskah yang dikirim. Model dan genre tulisannya juga beragan, mulai dari berita, opini, cerpen, puisi, dan lain sebagainya.

Siapa sesungguhnya ribuan santri ini yang terus menggelorakan semangat berliterasi melalui duniasantri.co?

Pada mulanya, yang disiapkan secara khusus akan menjadi penulis/kontributor adalah santri-santri yang diajak mengikuti pelatihan jurnalistik dan penulisan kreatif baik di Bogor, Jawa Barat pada 2019 maupun yang di Lampung tahun berikutnya. Pada mulanya mereka inilah yang mengisi tulisan-tulisan di duniasantri.co.

Seiring waktu berjalan, setelah jejaring duniasantri menyelenggarakan workshop-workshop online dan memasang iklan ajakan bergabung menjadi penulis/kontributor di duniasantri.co, jumlah santri yang membuka akun sebagai penulis/kontributor semakin banyak. Apalagi, istilah santri yang dirujuk bukan dalam pengertiannya yang sempit, hanya mereka yang masih mondok dan belajar di pesantren. Mereka yang jebolan pesantren, atau mereka yang belajar di lembaga-lembaga pendidikan berbasis keagamaan nonpesantren, pun dikategorikan santri. Bahkan, para pemerhati dan mereka yang peduli akan dunia pesantren juga dibukakan pintu menjadi “Warga Dunia Santri”.

Dengan demikian, asal usul pesantren atau lembaga pendidikan para santri yang menjadi penulis/kontributor juga sangat beragam. Banyak yang datang dari pesantren salaf dan pondok tua. Banyak yang datang dari pesantren-pesantren modern. Banyak yang dari perguruan-perguruan tinggi umum, seperti halnya yang dari Universitas Islam Negeri (UIN). Ada pula yang dari lulusan luar negeri, misalnya Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir atau sejumlah perguruan tinggi di Timur Tengah.

Pondok-pondok pesantren asal para penulis/kontributor ini belajar tentu tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Banyak yang berasal dari pesantren-pesantren di Jawa Timur dan Madura. Banyak juga yang berasal dari pesantren-pesantren di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Banten, dan DKI Jakarta. Banyak juga yang berasal dari pesantren-pesantren di luar Jawa, seperti dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Lombok.

Dengan demikian, latar belakang penulis/kontributor duniasantri.co memang sangat beragam. Dan, sesungguhnya, profilnya bisa kita lihat di rubrik “Warga” pada laman web duniasantri.co. Sebab, setiap (pembuat) akun penulis/kontributor otomatis datanya terekam sebagai “profil singkat” di rubrik “Warga Dunia Santri” itu. Bahkan, ketika kita meng-klik sebuah nama, kecuali data jati diri, di sana juga tertaut link tulisan-tulisan yang bersangkutan yang telah rilis.

Namun, jika kita profiling secara sederhana, latar belakang ribuan santri tersebut menunjukkan keragaman dalam banyak hal. Salah satunya, misalnya, soal usia dan masa kesantrian. Ada beberapa yang usianya baru 12-14 tahun. Ada beberapa yang sudah di atas 50 dan 60 tahun. Yang terbanyak memang pada usia produktif, 20-40 tahun.

Keragaman usia tersebut segaris dengan masa kesantrian. Artinya, ada yang memang tergolong santri baru alias santri yang baru mondok. Banyak santri senior karena sudah lama mondok. Banyak juga santri boyong, santri yang telah selesai belajar di pondok pesantren alias jebolan pondok pesantren.

Dus, keragaman usia dan masa kesantrian ini juga segaris dengan keragaman tingkat pendidikan yang ditempuh di suatu pesantren. Pada diniyah di lingkungan pesantren, kalau diperiksa di rubrik “Warga Dunia Santri” itu, akan ada nama-nama yang masih duduk di bangku diniyah wustho dan diniyah ulya. Jika disetarakan dengan lembaga pendidikan formal, ini berarti setingkat Madrasah Tsnawiyah (SMP) dan Madrasah Aliyah (SMA). Dan, banyak juga yang sedang menempuh pendidikan di Mahad Aly (setara perguruan tinggi) dengan sebutan mahasantri.

Para santri atau santri yang sudah boyong dari pesantren itu, banyak juga yang sekaligus masih belajar di lembaga pendidikan formal (dan umum) dan/atau bekerja di berbagi tempat dengan beragam profesi. Bayangkan, misalnya, ada penulis yang seperti Etha Ayu Revalia, yang masih berusia 14 tahun dan masih tercatat sebagai siswi MTsN 5 Malang, Jawa Timur. Di sisi lain, ada nama Hasbi Ash Shiddiqi, seorang dosen yang alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir.

Yang menarik, dari contoh keragaman atau perbedaan tajam seperti ini, duniasantri.co tetap menetapkan perlakuan dan standar yang sama. Sehingga, dari dua contoh itu, keduanya mampu melahirkan karya-karya yang sama bagusnya. Etha Ayu Revalia yang “sebocil” itu, misalnya, atas bimbingan guru-gurunya yang juga penulis di duniasantri.co, Anang Junaedi dan Bisri Mustofa, sudah mampu melahirkan cerpen-cerpen yang ciamik. Adapun, atas dasar pengalaman dan pendidikannya, banyak sosok seperti Hasbi Ash Shiddiqi yang mampu melahirkan artikel-artikel yang mencerahkan.

Rupanya, keragaman juga terjadi pada hal produktivitas dan kreativitas. Misalnya, ada yang sudah lama membuat akun sebagai penulis/kontributor, namun belum pernah sekalipun mengirimkan karya tulis. Ada yang satu dua kali mengirimkan namun tidak dimuat, kemudian terlihat tak aktif. Ada yang sekali dua kali dimuat, kemudian tak terdeteksi lagi mengirimkan karya barunya. Tentu saja banyak yang sering dan bahkan sangat aktif mengirimkan berbagai genre tulisan.

Dari Madura, misal, ada Rusdi El Umar, Milatul Hasanah, Hamdi, dan beberapa nama lainnya. Dari kota-kota lain di Jawa Timur, ada beberapa nama, semisal Fatkhorrozi,  Anang Junaedi, Bisri Mustofa, Admad Dahri, dan banyak lagi. Dari Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, ada nama-nama seperti Zahrotul Wardati, Khanafi, Joko Yulianto, dan banyak lagi. Meski tak seintens dari kota-kota di Pulau Jawa, banyak penulis aktif dari kota-kota di Pulau Sumatera, Sulawesi, Lombok, dan lainnya.

Para penulis/kontributor duniasantri.co ini, terutama yang sudah lama bergabung, sudah bisa menetapkan positioning sebagai penulis genre apa dan dengan gaya yang bagaimana. Ada yang spesialis cerpen, puisi, opini, atau jenis-jenis lain dengan gaya masing-masing. Tapi selalu ada yang mencoba untuk menulis dalam berbagai genre.

Itulah garis besar profiling ribuan penulis di duniasantri.co. Anda cukup meng-klik rubrik “Warga” pada website duniasantri.co untuk mengetahui siapa mereka.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan