Bulan Rajab telah berlalu, dan yang datang menjelang adalah bulan Syaban dan Ramadan. Setelah melewati momen yang berharga, kita akan menempuh momen yang lebih berharga lagi. Lazimnya, setelah kita melalui bulan yang mulia, yaitu Rajab, maka kita akan memasuki bulan yang juga mulia, yaitu Syaban dan kemudian Ramadan.
Di dalam hadis, Rajab, Syaban, dan Ramadan disebutkan secara khusus dan berurutan. Rasulullah SAW bersabda:
إن رجب شهرالله وشعبان شهري ورمضان شهر أمتي (الحديث)
Artinya: “Sesungguhnya Rajab adalah bulannya Allah SWT, Syaban adalah bulanku, dan Ramadan adalah bulan ummatku.”
Mengapa demikian? Syekh Utsman bin Hasan bin Ahmad Syakir al-Khubawiyyi di dalam Kitab Durrotun Nasihin fil wa’dzi wal Irsyad, mengatakan:
رجب لتطهير البدن وشعبان لتطهير القلب ورمضان لتطهير الروح, فإن من يطهر البدن في رجب يطهر القلب في شعبان, ومن يطهر القلب في شعبان يطهر الروح في رمضان, فإن لم يطهر البدن في رجب والقلب في شعبان, فمتى يطهر الروح في رمضان؟
Artinya: “Bulan Rajab adalah bulan untuk mensucikan badan, Syaban untuk mensucikan hati, dan Ramadan untuk mensucikan ruh. Maka sesungguhnya orang yang mensucikan badannya di Bulan Rajab, maka dia akan mensucikan hatinya di Bulan Syaban. Dan barangsiapa yang mensucikan hatinya di Bulan Syaban, maka dia akan mensucikan ruhnya di Bulan Ramadan. Maka andaikata dia tidak mensucikan badan di Bulan Rajab dan hati di Bulan Syaban, maka kapan dia bisa mensucikan ruh di Bulan Ramadan?”
Dari ibaroh itu, dapat kita pahami bahwa pada tiga bulan tersebut ada sebuah ‘alaqoh (ikatan) yang kuat antara satu dengan lainnya. Andaikata bisa dianalogikan, “mustahil seseorang dapat mengambil buah kelapa tanpa memanjat batangnya.” Ketika seseorang sudah membersihkan badan dan semua anggota tubuhnya dari dosa dan maksiat dengan ber-istighfar di Bulan Rajab, maka otomatis dia akan mudah memperbaiki dan menyucikan hatinya di Bulan Syaban dengan memperbanyak selawat dan tilawah Al-Qur’an. Dengan amalan-amalan inilah maka dia akan mendapatkan kedudukan yang mulia dan penuh syafaat. Maka, tak ayal Yahya bin Mu’adz mengatakan:
إن في شعبان خمسة أحرف يعطى بكل حرف عطية للمؤمنين : بالشين الشرف والشفاعة, وبالعين العزة والكرامة, وبالباء البر, وبالألف الألفة, وبالنون النور.
Makna dari perkataan Yahya bin Mu’adz ini adalah, “Sesungguhnya dalam kata Syaban itu ada lima huruf yang pada setiap hurufnya ada ‘athiyyah (pemberian) yang diberikan kepada orang-orang mukmin: dengan huruf syin Allah memberikan syarof (kemuliaan) dan syafaat, dengan ‘ain diberikanlah ‘izzah (kemuliaan) dan karamah, dengan ba’ diberikanlah al-birru (kebaikan), dengan alif maka diberikanlah al-ulfah (kasih sayang), dan dengan huruf nun diberikanlah an-nur (cahaya). Inilah kemurahan dan anugerah Allah bagi orang yang mengagungkan bulan Syaban. Selain dari pada itu, Allah juga memberikan jaminan bagi orang yang mengagungkan bulan Syaban.
Mati syahid merupakan salah satu jaminan Allah bagi ahli as-Syaban, yaitu orang yang mengagungkan Bulan Syaban dan menghidupkannya dengan amal-amal ibadah seperti berpuasa di dalamnya. Baginda Nabi SAW dalam hadisnya tegas menyampaikan:
من صام ثلاثة أيام من أول شعبان وثلاثة من أوسطه وثلاثة من آخره كتب الله له ثواب سبعين نبيا وكان كمن عبد الله تعالى سبعين عاما. وإن مات في تلك السنة مات شهيدا.(الحديث)
Artinya: “Barangsiapa berpuasa tiga hari di awal Syaban, tiga hari dipertengahan, dan tiga hari di akhir Syaban, maka Allah mencatat pahala baginya seperti pahalanya 70 Nabi dan dia diseumpakan orang yang telah beribadah kepada Allah selama 70 tahun. Jika dia mati di tahun itu, maka niscaya dia termasuk orang yang mati syahid.”
Penutup dari tulisan ini adalah bahwa dengan ini penulis mengajak kepada diri penulis sendiri dan semua khalayak mari muhasabahilah bulan Rajab dan memperbaiki diri di bulan Syaban serta mohon kemuliaan. Dengan mengagungkan bulan Syaban, Allah juga akan menjauhkan dan mengangkat segala bala dan penyakit sebagaimana Sabda Nabi SAW :
من عظم شعبان واتقى الله تعالى وعمل بطاعته وأمسك نفسه عن المعصية غفر الله تعالى ذنوبه وآمنه من كل ما يكون في تلك السنة من البلايا والأمراض كلها (الحديث)
Artinya: “Barangsiapa yang mengagungkan bulan Syaban dan bertakwa kepada Allah SWT dan mengerjakan ketaatan pada-Nya serta mencegah dirinya dari maksiat, maka niscaya Allah telah mengampuni dosanya dan menjamin keamanan dari segala perkara yang ada di tahun itu berupa bala dan segala macam penyakit.”