REPUBLIK DINASTI
Rasa cemas meremas darah
Dalam lika liku ruang terluka
Tersimpan rindu yang membuncah
Rengekan suara bernyawa merdeka
Tuan jangan ulang masa silam
Masa di mana suara-suara terbungkam
Hanya aliran noda bisu merengek pilu
Tergambar jelas dalam sejarah haru
Mungkinkah ruang waktu akan berputar
Menelusuri ribuan kilo arah gemetar
Sebab kini kami di persimpangan
Antara demokrasi dan kerajaan.
SATSET SENJA PAGI
Tiga jariku kini gemetar
Entah tanda khawatir menjalar
Tidak… kami masih menunggu asa
Di mana cerita indah dari gubuknya
Biarkan singa sudah berpaling
Pohon beringin menusuk daging
Sebab kami hewan banteng
Tidak mudah lengah ketika bertanding
Haha suara gaib terdengar nyaring
Melengkapi jam dinding kian berdering
Arena pertandingan sudah di buka
Merah arena merasuk jiwa raga.
JIMAT BERDASI
Kini tuan sudah kuasa
Langkah kakinya menjadi samudra
Bajunya berubah emas permata
Rakyat jelata makin takut melihatnya
Barangkali burung pun di buat tunduk
Sebab angin dan pistol pun dibekuk
kicaunya pun lugu sejenak berhenti
Terpana melihat pesona Pertiwi
Perkebunan ranting pilu
Menunggu rintih hujan dari dulu
Kini semua hanya pasrah
Berkelana meski tanpa arah
Hanya menunggu runtuhnya tembok gagah.
AKU DAN AMIN
Kalender terus semakin bergelora
Di antara ranting harapan mereguk cita
Semua otak penuh penasaran
Dengan rangkaian kata indah menawan
Sementara itu di lorong Nusantara
Dua sosok berkacamata mencium aroma
Aroma wangi dari ranting daun hijau
Tubuhnya berwarna indah bernadi kuning biru
Membuat semua yang melihat terpana
AMIN Saja Dulu
Begitulah kata²nya, kata-kata mengandung doa
Melepas harapan yang sempat tersendat kuasa
Dinasti raja yang sekarang mempunyai tahta
Seakan enggan menginjak tanah raya
Gersang lagu Indonesia raya.
Pamekasan,2024.
ilustrasi: kaltimkece.