RIWAYAT EMBUN, BUNGA, DAN BIBIR TUA
: Quraish Shihab
telah jatuh
sebutir embun dari ujung daun
menetes pada kening keriputmu
lalu kami yang meresapi dingin
mata hati permata bening
bunga mekar
kaupetik dari dahan firman
kupu-kumbang saling berebutan
kala kau tabur kelopak
dan putik-putiknya ke ulu jiwa
kulihat tubuh huruf-huruf wahyu
lama kerontang di tepi waktu
setetes embun
menjadi sungai deras tafsirmu
kami tak cukup lautan menyiapkan muara
bunga mekar
seketika mengaroma dari getar-getar bibir tua
kami sibuk berebut kelopak dan putik
sehingga tak sempat menghirup wanginya
udara bertiup sepoi dari sela ayat-ayat
menyelinap dalam pejam diammu
kau buka mata, lentera—Tafsir Al-Misbah—menyala
menerangi para musafir yang terlunta
kami, yang berjalan dalam gelap dunia
getar-getar bibir tua mengeja
suaranya menerabas bulu kuduk dan isi dada
huruf-huruf yang pernah keropos alifnya
karat dua lam-nya kering ha-nya
kini bergerak-begerak
dalam denyut dalam detak
ladang tandus isi kepala
kemudian humus jua
huruf huruf tumbuh
seperti pohon dalam ruh
ada trembesi ada jati
ada hamparan padi
lalu kami menafsirkan kembali
apa yang pernah bergetar
pada tetes embun pada bunga mekar
saat bibir tua merangkai lafal
2017
SERAT AZMATKHAN
dari yaman ia bertandang
tanah nabi hud kota hadramaut
titisan darah suci nabi muhammad mengalir dalam denyut
lantas deras di urat-urat beserta benih husein putra ali
yang mengeras di rusuk-rusuk tulangnya
seorang cucu lelaki mulia
yang wafat dalam peristiwa karbala
jiwa seluas tujuh benua
setitik api tak ada apa-apanya
dan belenggu baja baginya
hanya cuil debu
badai cuma kecil belai
disebab hati terlalu samudera
oh panggilan lii’lai kalimatillah menyala-nyala
walau tak laksana musa mendaki thursina
tetapi hijrah adalah sunah
demi tegaknya millah
mengamati matanya yang berkilau
bola hitam radar menatap nyalang
semantap keyakinan
menantang juang panjang tualang
niat pantang geram dan lantang
impian besarnya bertenaga
asa mengentak debu-debu
dan pasir tanah kelahiran
ke arah timur
arah di mana fajar memancar
ia siap bersyiar
menyampaikan kabar bersinar
dari maghrib ke masyriq
tumpaskan jahil dan syirik
pohon-pohon kurma berkasidah
fakih dan sufi sama-sama menabuh hadrah
jazirah arab mengetuk pintu langit
semesta mengangkat tangan-tangan gemetarnya
barat bertasbih timur bertahmid
dua kutub bersulang haru tangis
menetes kalimat tauhid
mengurai airmata takbir
abad 13 masehi
malam bersyahadat
siang bersyahadat
pemuda itu benar-benar berangkat
sebalik garis arah kiblat
entah menunggang unta atau kuda
atau mungkin berjingkat
namun sejarah mencatat
ia berhenti di tanah gujarat
kota naserabat
seorang hindustan menanyainya
“nama saya abdul malik” jawabnya
(sayid abdul malik
bin alawi ammil faqih
bin muhammad shahib marbath
bin ali khali’ qassam
bin alawi baitu jubair
bin muhammad maula as-shoma’ah
bin alawi al-mubtakir
bin ubaidillah
bin ahmad al-muhajir
bin isa ar-rumi
bin muhammad annaqib
bin ali al-uraidhi
bin ja’far assadiq
bin muhammad al-baqir
bin ali zainal abidin
bin al-husein
bin ali bin abi thalib dan fatimah az-zahra
binti nabi muhammad rasulullah)
ya, dia berjuluk almuhajir ilallah
yang kelak menjadi nenek moyang ulama asia
dakwahnya nyaris meratakan bumi nusantara
ia moyang dinasti islam hindustan
dengan fam azmatkhan
lalu mengurai ke cina ke campa
ke thailand ke kelantan
ke filipina ke kamboja
ke malaysia ke singapura
hingga merambah indonesia
putra pertamanya bernama abdullah khan
membenih ke ahmad syah jalal
yakni sayid jumadil kubro
yang melahirkan sayid jamaluddin akbar
menitiskan maulana ibrahim as-samarkand
kemudian menetas para generasi terbaik
dalam babad tanah nusantara
: walisanga
dari titik silsilah jamaluddin akbar
melalui as-samarkand, lahir sinuhun-sinuhun besar
juga kerajaan-kerajaan yang berkibar
bendera-bendera islam bertahta
di tiap sudut tanah jawa, sumatera,
kalimantan, sulawesi, nusa tenggara
dan sebagainya
tetapi bukanlah dlamir
jika tak tahu dlamir
begitu pun tangan takdir
menggaris siti jenar
dan syekh subakir
jika sejarah barangkali tak mencatat
babak perjalanan ini
maka puisi coba memahami
babad menyerat prasasti
tentang titisan darah rasulullah
yang kini berantah
membumi hingga austronesia
entah siapa sayid di antara kita
dirimu ataukah diriku
sebab di negeri ini
zuriat azmatkhan telah mastur
mungkin di sana atau di sini
ada mata berkilau dengan bola hitam radar
menatap nyalang sekuat keyakinan
bertualang laksana sang moyang
2014