Riwayat Pohon Bambu

87 views

Nampaknya ketakutan yang selama ini mengendap dalam kepala Masdar akan benar-benar terjadi. Hal itu bermuara ketika kedatangan Pak Kalebun1 semalam yang mengungkit-ungkit pelebaran jalan di samping rumahnya. Jelas itu malapetaka besar terhadap pekerjaannya sebagai perajin layangan. Sebab, proyek jalan itu akan menumbalkan kebun di samping rumahnya yang ditumbuhi berbilah-bilah pohon bambu.

“Mau kerja apa lagi jika serumpun bambu itu digusur?” Syarifah memandang suaminya, meminta jawaban.

Advertisements

Masdar menggelengkan kepala, dibiarkan istrinya menunggu jawaban yang ia sendiri tak tahu harus menjawab apa. Malam yang dingin membuat Masdar membelitkan sarung ke tubuhnya yang kerempeng. Sesekali ia memandang ke luar jendela, seolah meratapi nasibnya yang tergantung di antara bilah-bilah pohon bambu.

“Orang-orang besar selalu main hidup seenaknya sendiri. Mereka tak pernah berpikir nasib orang seperti kita yang untuk makan saja harus pontang-panting,” Ujar istirnya lagi.

Terdengar berat Masdar melepas napasnya. Keningnya mengerut, berpikir keras mencari solusi harus dengan apa ia menghidupi anak istrinya jika pohon bambu itu benar-benar akan dibabat rata dengan tanah.

Masdar hanya lulusan SMA yang tak punya keterampilan apa-apa selain membuat layangan. Hanya gulungan kertas dan potongan bambu-bambu kecil sumber ekonomi satu-satunya. Seperti tertikam dada Masdar ketika mengingat bagaimana awal mula ia menekuni pekerjaannya sebagai perajin layangan. Ia menemukan ketenangan pada diri anak-anak yang membeli layangan dan memainkannya. Tak mudah membuat layangan, harus disertai ketekunan dan keterampilan agar layangan mekar indah di angkasa. Dalam wujud layangan pula ia menemukan arti hidup bahwa semuanya harus berjalan dengan seimbang agar tidak menimbulkan kesenjangan.

Dalam satu tarikan napas yang panjang, Masdar teringat ketika mengajari anak semata wayangnya bermain layangan. Berteduh di bawah rindang pohon mataba, sambil memasang benang, Masdar berujar pada Kasim.

“Ingat, Nak. Hidup kita harus bisa mencontoh layangan. Dia bisa terbang karena seimbang. Begitu pun dalam hidup manusia harus mampu menjaga keseimbangan hidup, bersikap toleransi agar menentramkan satu sama lain,” ucapnya pada suatu hari.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All