KIAI
kiai, setelah dikau pergi memenuhi sabda Ilahi
doa-doa yang kau baca di halaman pesantren,
salam sapa yang menempel di gendang telinga
menjadi keberkahan yang merelakan alam semesta
seutas senyum pandangan mata batin bercahaya
putih serban melilit rona di dahi yang merona
tak terbalas ilmu yang kau tuangkan lewat puisi
tahun dan jejak bunga berguguran di halaman kata
desir angin waktu merayu ketabahan daun, daun
yang jatuh membawa kabar tentang kiai dan puisi.
kiai, doakan ilmu kami yang tersimpan di dada ini
berkah kiai, puisi, menjadikan rima semesta raya.
Sumenep, 22 Juli 2022.
PANTAI BINTARO
ketabahan rumput dan aku menyaksikan dosa-dosa
kala tangan awan meramal tarian canda matahari,
yang tersulam langit biru merindukan asma Tuhan
ia terdiam, menafsirkan laut gelisah akan pelukan.
desir ombak membicarakan isyarat nelayan
anak-anak kecil berlari menyusur waktu
pedih perih hanya makanan bagi ikan-ikan di laut
hanya suara angin bercinta dengan dosa-dosa batu
biar, biarkan laut menerjemahkan perahu waktu
untuk mengirim siluet kisah yang pernah gundah
dengan cerita dan musim kemarau yang merantau,
dengan melodi kata di sini, laut abadi dalam puisi
Sumenep, 3 Juni 2022.
SABIT MUHARRAM
setahun tubuh berserah pada tabah
disaksikan mata daun yang melamun
mengintai sinar sejarah doa-doa
ketika tahun mengajak kau bersajak
ketika sabit mengaji altar kisah
di sana, sabit muharam kedinginan
tak ada andaikata dan jika kita
tak ada umpama rima dan nostalgia
yang ada hanyalah rona bulan berdoa
Sumenep, 19 Juli 2022.
SAJAK HIJRIAH
seribu empat ratus empat puluh tiga
hijrah kaki dan kiprah Nabi, tertulis
di pohon-pohon kurma yang tua
sajak hijriah dan kelepak waktu
hampir meneruskan sebuah ingatan
merelakan mata alis sejarah jumpa
angin daun mengibarkan bendera Tuhan
tubuh kayu mengamini tangan-tangan kisah
hingga kita menjadi doa di kalender hijriah
Jumat, 22 Juli 2022.