Menjadi seorang “bintang”, atau setidaknya seseorang yang sukses dalam suatu kejuaraan bukan persoalan mudah. Diperlukan komitmen, kesungguhan, skill, dan proses yang akan mengorbankan waktu dan pikiran. Semangat pantang menyerah merupakan bekal utama untuk mencapai puncak kesuksesan. Seperti yang dicapai oleh Moh Fadllurrahman, santri Pondok Pesantren Annuqayah Sumenep, Madura. Santri yang saat ini menjadi mahasiswa jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir di Fakultas Ushuluddin INSTIKA (Institut Ilmu Keislaman Annuqayah) ini menjuarai lomba penulisan esai se-Asia Tenggara.
Lomba penulisan esai se-Asia Tenggara ini diselenggarakan oleh Universitas Teknologi Malaysia. Fadllurrahman pun benar-benar tidak menyangka meraih juara. Masalahnya, menurut Fadllur (panggilan akrabnya), ia tidak percaya diri untuk mengikuti penutupan dan pengumuman lomba. Sebab peserta dari lomba tersebut lebih dari dua ratus peserta yang berasal dari berbagai perguruan tinggi se-Asia Tenggara. Maka, ia tidak menyangka jika kemudian mendapat gelar juara. Bahkan dua juara sekaligus. Juara 2 (Naib Johan) dengan mengusung tema puasa, sedangkan juara harapan (Saguhati) membawakan tema Berita Palsu (hoax).
“Saya bahagia sekali, ternyata saya meraih juara,” aku Fadllur seperti dikutip instika.ac.id, Jumat (31/01/2021).
Sebagimana dilansir di matamaduranews.com, Fadllurahman meraih juara di ajang lomba penulisan artikel harus bersaing dengan mahasiswa dari Perguruan Tinggi se-Asia Tenggara. Itu artinya Fadllur harus berjibaku dengan banyak mahasiswa dengan kualitas yang tidak dapat diremehkan. Panitia pasti punya kriteria untuk meloloskan seorang juara dengan akurasi penilaian yang dapat dipertanggungjawabkan.
Fadllur, karena kurang percaya diri atas karyanya, ia tidak mau menonton penubatan kemenangan karena merasa tidak mungkin meraih juara. Maka kemudian ia mendengar dari salah seorang gurunya yang memberitahukan bahwa ia menyabet juara di ajang lomba tersebut. “Saya tahu dari guru saya, kalau saya meraih juara di ajang lomba tersebut,” kata Fadllur saat ditanya darimana ia mengetahui sebagai peraih juara lomba.
Bagi seorang Moh. Fadllurrahman meraih juara lomba se-Asia Tenggara merupakan sebuah kebangaan tersendiri. Sementara bagi lembaga Annuqayah, hal tersebut mengangkat harkat dan martabat pesantren, bahwa dari bilik tembok sebuah pondok dapat lahir sosok yang dapat bersaing di tingkat Internasional. Tentu saja hal ini tidak boleh melahirkan rasa jumawa yang berlebih (sombong), karena hal itu bukan karakter seorang santri. Menjadi tetap rendah hati dan senantiasa haus akan ilmu pengetahuan merupakan karakter seorang santri yang harus ditaman kuat di dalam jiwa-jiwa kesantrian.
Menanggapi kesuksedan mahasiswanya di ajang lomba penulisan artikel di Universitas Teknologi Malaysia, Kepala Program Studi IQT INSTIKA, Izul Muttaqin, MTh.I, mengungkapkan rasa bangga dan mengucapkan selamat atas prestasi yang diraih oleh Moh. Fadllurrahman. “Semoga berkah dan manfaat, serta mendorong mahasiswa lainnya untuk turut berprestasi,” demikian harapan Dosen sekaligus Dai kondang tersebut.
Bagai nyala cahaya di antara gerak gerai Ramadan, prestasi yang dicapai oleh santri Annuqayah ini seperti berkah di bulan yang penuh Rahmat ini. Kita harus mengucap syukur dan berharap ke depan, para santri mampu berbuat yang terbaik demi kesejahteraan bangsa dan negara. Lembaga pesantren telah memberikan bukti akan sebuah prestasi, bahwa di balik bilik-bilik pondok, mengalir intuisi untuk memberikan nilai kebaikan, baik di dunia maupun di akhirat. Wallahu A’lam!