Santri dan Tarian Sufi di Bulan Suci

44 views

Begitu beduk ditabuh, azan maghrib berkumandang, puluhan santri berdoa bersama dan berbuka puasa. Menunya sederhana: segelas susu dan beberapa biji kurma. Dalam suasana berbuka itu, seorang santri tiba-tiba berdiri. Berbusana sufi warna merah, ia kemudian berputar, menari, diiringi lantunan salawat dan tabuhan rebana dari santri-santri lainnya. Santri-santri yang lain lagi juga ikut berputar, menarikan tarian darwis.

Sepuluh menit kemudian, para santri akan bergeser menuju musala untuk salah maghrib berjamah —tentu dengan menerapkan protokol Covid-19. Usai salah maghrib berjamaah, barulah para santri itu akan berbuka lagi, tentu dengan menu yang berbeda: nasih plus segala lauk pauknya.

Advertisements

Begitulah sebagian dari suasana di Pondok Pesantren Roudlotun Ni’mah yang terletak di Jalan Supriyadi Semarang selama bulan suci Ramadan di tengah pandemi ini. Seperti pondok pesantren pada umumnya, Ramadan di sini juga diisi dengan berbagai pengajian. Bedanya, setelah pengajian menjelang berbuka puasa, di pesantren yang diasuh KH Mohammad Ali Shodiqin ini juga dimeriahkan dengan penampilan tarian sufi dan musik rebana oleh kelompok rebana “Semut Ireng”.

Ada yang unik, memang, pondok pesantren ini dibandingkan dengan pesantren lainnya. Di Pondok Pesantren Roudlotun Ni’mah ini, selain pelajar dan mahasiswa, para santri kebanyakan justru berasal dari golongon hitam. Ada preman, gali, perampok, pengamanen, anak jalanan, dan bahkan pelacur. Mereka ini dihimpun dalam satu wadah bernama “Mutiara Joko Tingkir”, dan kemudian diajak nyantri di Pondok Pesantren Roudlotun Ni’mah ini.

Dari semula, Gus Ali, sapaan akrab KH Mohammad Ali Shodiqin, memang fokus untuk menyasar orang-orang yang hidup di dunia hitam untuk menjadi santri dan ikut pengajian di pondoknya. Karena itu, tak heran jika kiai berambut gondrong dan berpenampilan nyentrik ini sering keluar masuk diskotek, berada di terminal atau jalanan, dan sebagainya. Tujuannya untuk mencari calon-calon santri.

Ketika sudah berada di Pondok Pesantren Roudlotun Ni’mah, tentu mereka yang telah status santri ini ikut kegiatan mengaji seperti santri-santri lainnya. Seperti, mengaji al-Quran, ilmu tauhid, fikih, dan juga kitab-kitab kuning pada umumnya. Tak hanya dibekali ilmu agama, para santri di Pondok Pesantren Roudlotun Ni’mah ini, termasuk yang dari golongan hitam tadi, diberi kesempatan untuk sekolah di sekitar pondok, mulai dari SD, SMP, SLTA, dan Sekolah Kejuruan. Semua atas biaya dari pondok.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan