Santri Darussalam Billapora Dibekali Ekonomi Kreatif

53 views

Satri di Pondok Pesantren Darussalam di Billapora Timur, Kecamatan Ganding, Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur dilatih menggeluti ekonomi kreatif. Pada 23-25 Februari 2021 lalu, misalnya, para santri menerima pelatihan kerajinan membuat batik dan sabun.

Pelatihan ini hasil kerja sama Pondok Pesantren Darussalam Billapora Timur dengan Universitas Indonesia dalam bentuk kegiatan Pengabdian Masyarakat dengan Skema Multidisiplin melalui pendanaan hibah program Pengmas UI tahun 2020.

Advertisements

Kegiatan pelatihan pembuatan sabun dan batik dilaksanakan Aula SMK Darussalam dan musala asrama putrid. Fasilitatornya dari dosen-dosen pelaksana Pengmas dari UI, seperti Widhyasmaramurti MA dari Prodi Sastra Jawa Fakultas Ilmu Budaya UI; Dwi Kristianto M. Kesos, dosen mata kuliah dasar wajib UI; Dr Yuni Krisyuningsih Krisnandi dari Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA UI), dan Aswin Dewanto Hadisumarto dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), dibantu oleh kordinator lapangan, Khanifah, sebagai mahasiswa pasca-sarjana Ilmu Susastra FIB UI sekaligus bagian dari pengurus Yayasan Pondok Pesantren Darussalam.

Selain diajari cara pembuatan sabun dan batik, dalam pelatihan ini, para santri juga diajari mengenai digital marketing atau pemasaran produk melalui perangkat digital.

Pelatihan batik dilakukan karena selain merupakan salah satu hasil budaya Nusantara yang memiliki ke-khasan di setiap daerah, batik juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi sebagai bagian dari ekonomi kreatif.

Kemudian, untuk pelatihan pembuatan sabun memang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat saat ini di tengah pandemi yang mengharuskan semua orang untuk rajin mencuci tangan sebagai salah satu ikhtiar menghindari penyebaran Covid-19. Semua produk yang dihasilkan dalam pelatihan ini merupakan produk yang alami, organik, dan tidak menghasilkan limbah yang berbahaya bagi lingkungan.

“Seorang santri yang mandiri harus memiliki soft skill di bidang-bidang yang relevan dengan zaman. Kalau lulusan pesantren kami di era 1980-an hingga 2000-an dibekali dengan keterampilan pertukangan, namun beberapa tahun terakhir kami mengubahnya dengan keterampilan bidang batik dan sabun. Harapannya, hal ini tidak saja bermanfaat bagi diri santri secara pribadi tetapi juga dapat memberikan manfaat ke masyarakat luas,” terang Kiai Badrus Shaleh.

Karena itulah, pihak Pondok Pesantren Darussalam menyambut baik program pelatihan yang digulirkan melalui program kegiatan Pengabdian Masyarakat dari UI ini. Hal ini sejalan dengan program Pesantren Darussalam untuk menyiapkan santri-santri yang tidak saja mumpuni dalam bidang agama, tetapi juga memiliki bekal ilmu pengetahuan dan kreativitas untuk menghadapi tantangan-tantangan di era globalisasi serta pasar bebas melalui keterampilan-keterampilan bernilai ekonomi.

Dengan demikian, menurut Kiai Badrus Shaleh, kecenderungan para santri alih-alih melakukan urbanisasi ke kota besar untuk mencari pekerjaan atau menikah di usia dini bisa dihindari. Dengan keterampilan ekonomi kreatif,  diharapkan para santri betah tetap tinggal di desanya dan mengembangkan wirausaha yang difasilitasi oleh pihak Pondok Pesantren Darussalam.

Pondok Pesantren Darussalam sendiri merupakan salah satu pondok tua di Sumenep yang didirikan oleh Kiai Agung Muhammad Kharru pada 1901. Dalam perjalanannya, pesantren ini semakin berkembang dan mulai dikenal luas sejak 1961, saat Kiai Ahmad Jazuli Thohiruddin dan istrinya, Nyai Siti Maryam atau lebih dikenal sebagai Nyi Seppo, memimpin Pondok Pesantren Darussalam, mulai menginisiasi pendirian madrasah, pembukaan asrama putri, pusat-pusat pendidikan agama, Jam’iyah Al-Ishlah di desa Billapora Timur bersama tokoh agama lokal di desa tersebut seperti Habib Husen Al Hinduan, H Amin, dan sebagainya.

Sepeninggal Kiai Ahmad Jazuli, kepemimpinan pondok pesantren dipegang oleh putri-putri dan menantunya, serta istri Kiai Ahmad Jazuli, yaitu Nyi Seppo. Beberapa tahun terakhir, Yayasan Pondok Pesantren Darussalam dipimpin oleh cucu pertama Kiai Ahmad Jazuli, yaitu Kiai Badrus Shaleh atau yang kerap dikenal dengan nama Raedu Basha.

Di masa inilah mulai diupayakan kegiatan-kegiatan ekonomi kreatif untuk merespon perkembangan zaman dengan era globalisasi dan teknologi termasuk didirikannya Sanggar Pesantren Kreatif Darussalam. Salah satu kegiatan yang mengawali program tersebut adalah dilakukannya pelatihan pembuatan sabun dan batik melalui Kerjasama dengan Universitas Indonesia dalam bentuk kegiatan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia Skema Multidisiplin melalui pendanaan hibah program Pengmas UI tahun 2020.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan