Kegiatan muhadhoroh yang dilaksanakan di aula

Sastra Pesantren di Era Milenial

104 views

Santri yang belajar di pondok pesantren tak hanya berkutat dengan pelajaran-pelajaran keagamaan. Dalam lingkungan pondok pesantren, secara langsung maupun tak langsung kehidupan santri juga akrab dengan pendidikan dan pengembangan sastra. Sebab, banyak teks-teks dari kitab-kitab yang dipelajari santri merupakan bagian dari karya sastra. Karena itu banyak sastrawan yang juga lahir dari lingkungan pondok pesantren.

Sekadar untuk menyebut beberapa contoh,banyak sastrawan berpengaruh yang lahir dari lingkungan pesantren, seperti  KH Mustofa Bisri (Gus Mus), D Zawawi Imron, Emha Ainun Nadjib, Acep Zamzam Noor, Jamal D Rahman, Ahmad Tohari, Abdul Hadi WM, Hamdi Salad, Nasruddin Anshory, Kuswaidi Syafi’ie, dan lain-lain.

Advertisements

Dan di era milenial ini muncul novelis Habiburrahman El-Shirazy. Meraka merupakan sastrawan yang pernah belajar di pesantren. Hasil karya yang dihasilkan ini, pada umumnya bertemakan nilai-nilai religious pesantren (Tabroni, 2019: 13).

Istilah sastra sendiri merupakan serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu shaastra yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”. Shaastra berasal dari kata dasar śās- atau shaas- yang berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk atau instruksi. Sedangkan, tra berarti alat atau sarana. Itulah kenapa banyak dari kitab-kitab yang dipelajari di pondok pesantren juga bisa disebut sebagai bagian dari karya sastra.

Dengan demikian, sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia, proses pembelajaran di lingkungan pondok pesantren juga memiliki kontribusi yang besar dalam pengembangan sastra di Indonesia. Terbukti, banyak ragam karya sastra yang lahir dari lingkungan orang-orang pesantren, seperti novel, puisi, cerpen, drama, dan lainnya.

Di era sekarang, jenis karya sastra ini bertambah dengan maraknya media sosial dan teknologi yang mengalami banyak perkembangan. Selain jenis yang berdasarkan bentuk dan isinya, sastra juga dapat dibedakan berdasarkan tempat karya sastra itu berkembang dan hidup, seperti sastra pesantren.

Lalu, apa sesungguhnya yang dimaksud dengan sastra pesantren? Menurut Abdurrahman Wahid dalam Sunyoto (2012), apa yang dimaksud sastra pesantren dapat dijelaskan dalam dua definisi. Pertama, sastra pesantren merupakan karya sastra yang mengeksplorasi kebiasaan-kebiasaan di pesantren. Kedua, sastra pesantren merupakan karya sastra yang bercorak psikologi pesantren dengan struktur agama (warna religius) yang kuat.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

One Reply to “Sastra Pesantren di Era Milenial”

Tinggalkan Balasan